37

1.3K 182 45
                                    


Jiho terjatuh, perutnya tertembus peluru dari arah yg tidak disangka-sangka. Pelakunya adalah pengawal yang tadi sempat mengikutinya.

"Sergei?" panggil Seokjin kaget. Dia pikir Sergei sudah gugur.

Ternyata Sergei menyamar menjadi pengawal, mengikuti Jiho dari ruangan Jeha sambil membasmi semua orang yang ditemuinya. Dia sengaja menunggu waktu yang tepat untuk melumpuhkan Jiho. Dan dia berhasil.

"Tuan Muda baik-baik saja?"

Seokjin tidak baik-baik saja. Tapi dia tidak mengatakannya.

"Markas ini sudah dikepung polisi. Sebaiknya kita segera pergi dari sini jika tidak ingin disangka terlibat, Tuan Muda."

Mendadak Jiho tertawa terbahak-bahak. "Sungguh dua manusia serupa dengan takdir yang benar-benar berbeda."

"Dengar, Seokjin! Meskipun aku mati, kau dan keluargamu akan tetap terbunuh!"

Sergei melepas jaketnya untuk diberikan kepada Seokjin yang masih diam mendengarkan Jiho meracau macam-macam.

"Kau akan menderita! Aku bersumpah kau akan menderita di sisa hidupmu sampai kau memohon untuk mati!"

Dor!

Jiho tewas seketika, kepalanya berlubang.

"Kenapa kau membunuhnya?" Seokjin menatap Sergei tajam, "harusnya dia mati di tanganku." Sekejap, bola matanya menggelap ketika mengatakan itu.

"Dia hanya mengulur waktu, Tuan Muda. Di jarinya terselip senjata lontar setipis jarum yang akan dia lempar menusuk tepat di jantungmu."

"AKU TIDAK PEDULI! HARUSNYA AKU YANG MEMBUNUHNYA TAPI MENGAPA KAU MENDAHULUIKU HAH?!"

"Maaf." Sergei mundur, terkejut karena Seokjin meledak-ledak. "Keselamatan Tuan Muda jauh lebih penting. Sekarang ayo kita pergi dari sini sebelum polisi datang. Mereka akan menangkap kita meskipun kita tidak bersalah. Kita ada di sarang narkoba!"

"Dia membunuh Sora, Sergei... Dia membunuh Sora ...," Seokjin hampir limbung, tapi ditahan oleh Sergei. "Sora terbunuh karena menyelamatkanku ...."

Sergei merasa sangat iba dengan kondisi Seokjin. Bagaimanapun dia telah mengenal tuan mudanya ini sejak kecil, sangat paham bagaimana kepribadiannya. Melihat Seokjin seperti ini, hati Sergei yang sudah lama mati rasa pun bisa merasakan kesedihan mendalam. Dia hendak menepuk bahu Seokjin tapi urung, teringat tubuh Seokjin yang penuh luka.

"Jika ingin pengorbanan Nona tidak sia-sia, Tuan Muda harus melanjutkan hidup."

Sergei bertugas mengangkat tubuh dingin Yoora, memimpin Seokjin pergi dari tempat itu secepat mungkin.

Sayangnya Seokjin dan Sergei tidak tahu, malam itu masih ada Jeha yang berhasil lolos dari kepungan polisi. Dia kabur dan merencanakan strategi untuk balas dendam.

***

Plak!

Tamparan keras itu melayang ke pipi Seokjin, begitu keras sampai wajahnya terdorong ke ke kanan, sangat keras sampai suaranya nyaring mencapai langit-langit ruangan. Wajah Seokjin kebas, pipinya sakit. Tapi dibanding itu semua itu, sakit di hatinya lebih terasa menusuk. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia ditampar oleh sang ibu. Tapi kesalahannya memang tidak termaafkan, tidak jika hanya dengan sebuah tamparan.

Harusnya dia pulang dengan membawa serta Yoora, bukan seorang bayi yang menggeliat di pelukannya.

Ketegangan membias di antara mereka, Nyonya Kim bahkan tidak sanggup berkata-kata, hanya deru napasnya yang kian memberat. Seokjin pulang dengan membawa serta kekecewaan bersamanya. Dia tidak menyangka, hal ini terjadi pada putra bungsu yang begitu dibanggakannya.

Struggle • KSJ (Completed)Where stories live. Discover now