Extra Chapter 2

481 53 2
                                    

Sua notes:

Sebenarnya ini mantan chapter 44, yaitu versi Baekyung tolol. Kuganti dia jadi lebih serius di chapter aslinya supaya lebih sesuai sama kondisi mental Seokjin saat itu. Tapi pas baca ulang chapter yang gagal publish ini kok lucu. Yaudah jadiin extra aja deh😂

***

⚠️suicide try, harsh word

"Bunuh saja aku. Tapi tolong ... jangan sentuh adik-adikku ..."

Seokjin jatuh berlutut di atas tanah. Di depan markas Jiho tempat dia menyelamatkan Yoora dahulu. Tidak ada satupun orang yang keluar meski Seokjin telah berteriak sampai tenggorokannya sakit. Tidak ada yang datang untuk menghajarnya padahal itu kesempatan yang baik sebab Seokjin telah kelelahan secara fisik dan psikis. Tidak ada siapapun selain dirinya sendiri di sini. Bahkan mungkin jika ada seseorang yang tergeletak tak bernyawa, tidak ada yang akan menyadarinya. Markas ini terletak di pinggir hutan, jauh dari pemukiman apalagi perkotaan.

Seokjin duduk bersandar di pohon besar, tangannya diam-diam menyelinap ke saku belakang. Menemukan kepingan tipis yang terasa dingin saat diusap. Dia menariknya. Menggenggam benda tersebut seperti menggenggam nyawanya. Seokjin telah berkali-kali mencoba untuk mengiris nadinya dengan pisau ini, tapi selalu gagal—salah satunya karena kedatangan Yoongi. Tapi sekarang tekadnya semakin bulat. Tidak ada lagi yang bisa mencegahnya. Dia akan meninggalkan dunia ini selamanya.

Mata pisau telah menempel di pergelangan tangannya. Dalam hati Seokjin menghitung

Satu

Dua

Tiga

Crash!

"APA-APAAN?!!"

Gagal. Misinya gagal total.

"Kau yang apa-apaan?" sahut sosok yang barusan menendang pisau di tangan Seokjin sampai terlempar ke semak-semak.

Dia ikut duduk di sebelah Seokjin sambil mengulurkan sebungkus makanan. "Ingat kau tidak bisa makan jelly lagi kalau sudah mati."

Seokjin tidak menjawab apalagi menerima bungkusan itu. Dia masih terkejut dengan kedatangan orang tersebut.

"Tidak mau?" Dia menarik kembali  permen jelly itu, lalu membuka bungkusnya. "Nih, sudah kubuka. Tinggal kau makan."

"..."

"Kau tidak memintaku menyuapimu seperti Yoosunie kan?"

"Dimana dia?" Rahang Seokjin mengeras begitu dia mendengar nama itu.

"Dia aman," jawab seseorang yang tak lain adalah Baekyung. Dia meletakkan bungkus permen jelly ke tangan Seokjin setelah menelan satu yang dipegangnya. "Rasanya manis. Kau harus coba."

Jika menuruti keinginan, ingin sekali rasanya Seokjin membuang sebungkus permen jelly di tangannya kemudian mengayunkan kepalan tangannya ke wajah Baekyung berkali-kali. Tapi tidak. Seokjin sudah tidak menginginkan apapun lagi. "Pergilah."

"Jinjja?" Baekyung menatapnya ternganga. "Kau tidak mau memukulku atau mencekikku?"

Dengan rusuh dia mengambil tangan Seokjin untuk ditampar-tampar ke pipinya dan dijepit ke lehernya. "Tidak mau? Jinjja?!"

Seokjin melengos, menarik kembali tangannya dari leher Baekyung. "Pergilah. Jangan ganggu aku."

Baekyung menghela napas, menyerah untuk menyuruh Seokjin marah. "Aku tahu aku sudah tidak ada artinya bagimu. Di matamu sekarang hanya ada Bangtan. Hanya mereka yang penting bagimu sekarang dan kau tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada mereka, tapi kau tidak bisa melakukan apa-apa saat mereka satu per satu celaka. Benar begitu?"

Struggle • KSJ (Completed)Where stories live. Discover now