Epilog

1.7K 159 100
                                    

Tiga tahun itu waktu yang sebentar. Tapi tiga tahun bisa terasa sangat lama jika seseorang sedang dalam masa penantian. Itulah yang dirasakan Bangtan saat ini. Mereka telah bangkit lagi dari keterpurukan, pelan-pelan menanjak ke puncak dalam waktu tiga tahun lebih. Dulu, saat mereka pernah hampir hancur, ternyata masih ada segelintir penggemar yang percaya dan setia dengan mereka, tak pernah meninggalkan mereka meski pada saat itu mereka hiatus hampir satu tahun. Segelintir penggemar tersebut sekarang telah bertambah sangat banyak.

Namun, bagi mereka kesuksesan itu tidak sempurna. Karena tidak ada Kim Seokjin bersama mereka.

Orang yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini, memutuskan untuk hiatus sebagai member BTS karena dia harus mengurusi perusahaan yang baru saja bangkrut.

Seokjin sebagai CEO of JinHit Entertainment tentunya harus bertanggungjawab menstabilkan kembali agensi yang telah dibangun oleh mendiang Bang Sihyuk ini. Jadi dia absen dari semua kegiatan rutin bersama Bangtan.

Setelah tiga tahun berlalu, JinHit mulai berdiri stabil di atas pondasinya. Namun, Bangtan mengalami dinamika yang cukup drastis. Memang benar, mereka kembali sukses, tapi tidak sestabil ketika mereka masih bertujuh dan di bawah naungan Bang Sihyuk PD-nim.

Oleh karena itu, Namjoon mengusulkan agar Seokjin mundur dari jabatannya sebagai CEO, dan kembali aktif lagi sebagai Jin BTS.

"Berat, Joon. Kau tahu kan aku sudah kepala tiga. Tulang-tulangku sudah tidak sekuat dulu untuk menari."

Namjoon menghela napas, dia sudah berkali-kali membujuk, tapi selalu dijawab dengan alasan seperti itu.

"Jangan hiperbola. Hyungnim masih muda," kata Namjoon. "Bukankah umur itu hanya sebuah mentalitas? Hyungnim pernah bilang kepadaku, selama kita berpikir umur kita 20, maka selamanya kita berumur 20."

Ck! Lelaki ini sangat pintar melempar kata-katanya menjadi bumerang. Baru saja Seokjin hendak membuka mulut untuk mendebat, pintu ruangan mendadak terbuka diiringi sebuah suara jernih yang melengking.

"Pap-" Ucapan sesosok anak perempuan kecil itu terhenti tatkala ia menemukan orang lain selain papanya. Hanya butuh satu detik untuknya terkejut, kemudian dia berlari menerjang Namjoon.

"Daddy!"

"Hello, pumpkin!" Namjoon merentangkan kedua tangan lalu mengangkatnya sambil berputar satu kali.

"Daddy! I miss you so much!"

Gadis kecil itu adalah Kim Yoosun. Dia masih berusia empat tahun, tapi sudah lancar berbicara bahkan dengan kosakata sederhana bahasa Inggris. Siapa lagi kalau bukan karena pengaruh Namjoon.

"I miss you more, my pumpkin," kata Namjoon sambil menggendongnya seperti koala.

"Bohong." Yoosun menggembungkan pipinya. "Kalau kangen, kenapa tidak pernah main ke rumah?"

"Hehehe, Daddy kan sibuk keliling dunia, sayang. Tanya sama Papa deh, bahkan Papa baru ketemu Daddy hari ini."

Yoosun menatap Seokjin untuk mendapatkan klarifikasi. Seokjin mengangguk. Itu memang benar.

Namjoon mengulurkan kelingkingnya. "Dimaafkan?"

"Es krim!" jawab Yoosun tersenyum lebar.

"Okey, es krim. Tapi syaratnya kiss dulu," pintanya sambil menunjuk pipi kanannya.

"Aniyaa!" Seokjin berusaha mencegah, tetapi...

Cup! Bibir mungil Yoosun sudah mendarat di pipi kanan Namjoon. Membuat si pemilik lesung pipi itu menatap puas ke arah Seokjin seolah berkata: "Hyung kalah! Hahaha."

Struggle • KSJ (Completed)Where stories live. Discover now