46 (END)

1.7K 144 85
                                    

Hehehe maaf ya kemarin cuma tes ombak doang, kali ini beneran✌️

***

Namjoon terkulai di antara tubuh-tubuh yang memeluknya. Air matanya tidak mau berhenti mengalir meskipun isakannya telah reda sejak lama. Dia hanya diam dengan pandangan kosong sambil sesekali mengambil napas dengan berat. Getaran dukanya menular kepada semua orang tak terkecuali Jungkook. Hatinya perih melihat idolanya bermuram durja. Sempat dia bertukar tatap dengan Yoongi tapi orang itu lebih memilih memalingkan wajah dan diam-diam memisahkan diri.

Baru saja Jungkook membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu tapi kepalanya sudah dibenturkan dengan kepala Jimin oleh sesorang.

Dug! Dug! Dug!

"Aduh!"

Nyatanya bukan hanya dia yang mengaduh, tapi semua orang kecuali Namjoon. Kepala Taehyung bertemu dengan kepala Hoseok, sementara Yoongi sendiri dijitak oleh si pemilik tangan.

"Aduh! Jin Hyung!"

Ya benar. Si pemilik tangan yang barusan beraksi tak lain adalah Seokjin. Dia berdiri dengan ekspresi dingin dengan sedikit jejak kemarahan.

"Sudah puas menipu Namjoon nya?"

Semua orang menunduk dengan ekspresi menahan tawa tapi tak berani menyuarakannya di depan serigala yang sedang marah. Satu per satu dari mereka mundur perlahan ingin melarikan diri dari situasi yang merugikan ini. Tapi suara Seokjin menyurutkan nyali mereka.

"Mau kemana?"

Jimin mencicit, "Ehh, anu ... ke toilet, Hyung."

Taehyung : "Benar! Aku juga kebelet pipis."

Jungkook : "A-aku mau ... nyuci baju. Ya, cuci baju! Lemariku kotor jadi aku mau cuci baju."

Hoseok : "Kancingku copot mau dijahit dulu."

Yoongi stay cool, "Hyung pasti butuh q-time sama Namjoon kan? Jadi kita semua mau melipir dulu."

"Duduk!" titah Seokjin datar.

Mereka semua pun segera duduk. Tidak ada yang berani membantah lagi atau konsekuensinya akan lebih mengerikan dari yang bisa mereka bayangkan.

"Bukan di sofa."

Lima orang yang lebih muda itu segera rusuh menjatuhkan diri dari sofa, lantas berbaris duduk menekuk lutut di lantai. Patuh.

Lain orang, lain perasaan.

Namjoon hanya melongo seperti orang dungu dengan mata yang memancarkan banyak emosi. Kesedihan, keterkejutan, ketidakpercayaan, dan juga kerinduan. Mulutnya bergetar, membuka dan menutup tak terkendali. Tenggorokannya tercekat kendati ia sangat ingin memanggil nama orang yang barusan ia kira telah pergi dari dunia ini.

Tatapan Seokjin melembut ketika melihat Namjoon, tapi dengan segera hatinya diterjang rasa bersalah yang amat dalam. Orang ini, orang yang tidak berpikir dua kali untuk melemparkan dirinya di depan peluru senjata tajam demi menyelamatkannya. Rela mengorbankan diri untuk seseorang yang tidak berharga sepertinya. Seokjin merasa bahwa Namjoon sama sekali tidak layak untuk mengalami semua kejadian ini. Perlahan dia berlutut di depan Namjoon, meletakkan tangan di kedua bahunya, tersenyum tulus, "Namjoon-ah, terima kasih."

"Hikss..." Sungai di wajah Namjoon semakin deras tak terkendali.

Seokjin panik. Namjoon benar-benar hanya menangis sambil menatapnya. Tidak mengatakan apapun dan tidak melakukan apapun. Dia hanya menangis. Semakin lama tangisannya semakin menyayat hati. Mempengaruhi emosi semua orang sehingga mereka semua juga jadi tertular ingin menangis.

Struggle • KSJ (Completed)Where stories live. Discover now