8

2.1K 226 45
                                    

Gabungan efek dari syok anafilaktik dan juga fraktur sternum itu yang menyebabkan Seokjin kesakitan ketika bernapas, pun berbicara dan juga tertawa akan membuatnya semakin menderita. Setidaknya itulah yang Yoongi tangkap dari pembicaraan Namjoon dengan Seokjung.

Suasana kemarin begitu heboh, para member terlalu panik sampai hendak meluncur ke rumah sakit saat itu juga kalau saja tidak dicegah oleh para manajer. Tentu saja mereka tidak bisa pergi tanpa izin dari atasan, apalagi Son Ssaem yang tidak mudah melepaskan mereka sebelum koreografi tuntas. Akhirnya di sepanjang sisa kegiatan kemarin dipenuhi dengan gerutuan para member-terutama Jungkook.

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu ARMYs dan semua peminat musik BTS. Mereka baru saja selesai syuting countdown live perilisan Dynamite. Tapi kemudian terjadi anomali, keantusiasan dari para member saat syuting tadi langsung padam ketika kamera mati. Semua berubah menjadi diam dan sibuk pada pikiran masing-masing. Yoongi tahu, mereka semua memikirkan kondisi Seokjin. Bagaimana bisa mereka bersenang-senang atas single baru mereka yang begitu meledak, sementara di rumah sakit sana Seokjin tengah menderita sendirian?

Apapun itu, yang jelas Manajer Hyung tengah membagikan rundown acara mereka hari ini yang rata-rata berisi interview.

Jungkook tiba-tiba saja berseru, "Haruskah kita live reaction MV tanpa Jin Hyung?"

Yoongi melirik lagi rundown acara di tangannya dan menemukan hal yang Jungkook maksud. Begitu banyak acara yang tidak enak dilakukan dengan member yang tidak lengkap.

"Haruskah, Hyung?" Jungkook mengulangi pertanyaannya kepada sang manajer.

"Rundown ini sudah dibuat jauh-jauh hari, Jungkook."

"Tidak bisakah diubah? Menurutku kegiatan reaksi semacam itu bisa diundur sampai Jin Hyung sembuh."

"Tidak bisa, Jungkook. Ini sudah diatur sedemikian rupa dan sudah disetujui PD-nim." Manajer Hyung itu menatap Jungkook takut-takut, membuat Namjoon segera menarik Jungkook sebelum terjadi adegan tidak perlu.

"Sudahlah, Kook. Tolong jangan mendebat siapapun lagi. Semua staff sudah bekerja keras untuk kita, janganlah kau buat mereka bingung dan takut."

Jungkook menekuk alisnya dalam, satu-satunya yang mau dia dengar dari kemarin hanyalah Namjoon.

"Satu-satunya yang seharusnya kau ajukan protes ialah PD-nim, Kook." Usulan seseorang itu membuat Yoongi reflek bangun dari tempatnya berbaring.

"Astaga, Jimin...!"

Tapi sepertinya Yoongi tidak perlu repot untuk bangkit dan memukul kepala Jimin karena Hoseok sudah dengan sukarela melakukannya.

"Loh, benar, kan? Kalau saja ada Jin Hyung, pasti dia sudah mencak-mencak di depan ruangan PD-nim."

Yoongi mengeluh dalam hati. Jimin sangat ceroboh dalam mengatakan sesuatu, lihat saja sekarang mereka jadi terdiam akibat Jimin menyebut nama Seokjin. Sudah tahu mereka sedang sensitif tentangnya, Jimin malah semakin menambah suasana jadi canggung.

"Ah, hahaha." Taehyung tertawa aneh, "maksud Jimin kau harusnya bisa seberani itu, Kook. Tapi sayangnya kau pasti tidak berani."

"Siapa takut?"

Yoongi mencibir lagi, Taehyung juga sama saja. Mereka benar-benar payah. Seperti tidak paham akan sifat 'tidak sudi kalahnya' Jungkook. Menantangnya sama saja membuat semangat Jungkook berapi-api.

"Tidak usah melakukan hal yang sia-sia!"

Namjoon tentu saja mencegah kepergian Jungkook dari membuat sebuah perkara. Sepertinya hari ini Namjoon akan bekerja lebih keras. Yoongi bantu doa saja.



Struggle • KSJ (Completed)Where stories live. Discover now