19

1.5K 213 47
                                    

"Aku bisa marah, Jeon Jungkook." Namjoon menampilkan wajah serius, "Perhatikan cara bicaramu."

Jungkook bukan hanya terintimidasi oleh suaranya, namun juga oleh tinggi badannya karena Namjoon berdiri menjulang di depannya. "Maaf." Jungkook menunduk. Menyesal.

Hening. Sangat hening. Ketiga member yang mendekat pun berhenti bergerak. Situasi yang sangat mendebarkan mengingat Namjoon jarang sekali marah. Ah, ini belum terhitung marah karena Namjoon hanya diam berdiri di depan Jungkook, tapi begitu saja sudah menguarkan aura yang kuat. Namjoon sedikit marah. Hanya sedikit. Sebab ketika sebuah tangisan jernih pecah, sikapnya kembali santai. Ia balik berjongkok menghadap si bayi.

"I'm not mad, I swer. Don't cry, honey. Don't cry, okay?"

Sungguh, melihat Namjoon menghentikan tangisan seorang bayi adalah keajaiban dunia. Tingkat kemustahilannya di atas Namjoon berhasil mendapatkan SIM. Maka tak heran jika keempat member yang menyaksikan dengan mata kepala mereka menganga lebar.

"Wow, apakah dia sungguhan Namjoon kita?" Jimin berbisik.

"Barusan dia marah seperti Namjoon kita," balas Hoseok.

Taehyung masih melotot, "Tapi bagaimana bisa dia menjinakkan bayi?"

"Mudah saja." Taehyung tersentak saat Namjoon menjawabnya, ia kira suaranya sudah cukup rendah tapi ternyata masih bisa didengar Namjoon.

"Bayi itu bisa merasakan emosi seseorang yang berada di dekatnya. Mungkin dia merasa takut saat mendengarku menegur Jungkook tadi. Tapi saat aku kembali santai, dia akan merasa ancamannya telah menghilang," jelasnya dengan senyum lebar berdekik, "dan satu lagi, Kim Taehyung, dia manusia bukan hewan. Tidak ada kata jinak. Tolong jaga kalimatmu ketika di dekatnya."

Taehyung meneguk salivanya sebelum mengangguk. Kalimat itu akan ia patri dalam otaknya sungguh-sungguh.

"Namjoon Hyung, sebenarnya dia siapa?" Rupanya Jungkook masih memiliki sisa nyali untuk bertanya, "kau bertindak dan berbicara seolah kau ayahnya."

"Meski dia sangat imut dan aku tidak keberatan menjadi ayahnya, tapi sayangnya dia sudah punya ayah. Jin Hyung pagi tadi menitipkannya padaku. Dia sih bilang hanya 1 jam, tapi ini sudah lewat dari 1,5 jam."

Tepat setelah Namjoon menyelesaikan kalimatnya, Yoosun kembali merengek.

"Wae? Wae? Kenapa dia menangis? Namjoon-ah, kau jangan marah-marah terus." Hoseok mendekat dengan gusar.

"Aku tidak sedang marah!" Namjoon menyanggahnya

"Ya itu kau marah? Tuh kan dia tambah menangis? Utututu cup cup cup sayangku," Hoseok mencoba menghibur Yoosun dengan ekspresi konyolnya, tapi si kecil tidak kunjung tenang.

"Hobi Hyung, dia belum kenal denganmu, dia pasti takut. Biar Namjoon Hyung saja!" Taehyung menarik Hoseok menjauh. "Namjoon Hyung, cepat tenangkan dia! Katanya dia bisa merasakan emosi orang? Dia pasti bisa merasakan ketulusanmu?"

Namjoon mengangguk, dia mencoba memberikan RJ mini kepadanya. "Hey, baby girl. Lihat ini, sangat lucu kan? Kau tau ayahmu sangat menyukai boneka ini sampai isi tas Mario mu didominasi oleh mereka? Oh, kau pasti merindukan dia ya?"

"Oke, sekarang dia semakin menjerit." Jimin mengernyit.

"Hyung, kupikir dia menangis karena mendengar kata-kata daddy, appa, atau nama Jin Hyung." Begitu Taehyung selesai berbicara, jeritan Yoosun kembali melengking.

"Joon, Jin Hyu-maksudku Mr. J, ya kita panggil Mr. J saja. Apa dia tidak menitipkan susu bayi?"

"Tadi si kecil ini sudah menghabiskan satu botol. Ada satu botol lagi di tas Mario Bross. Jungkook, tolong ambilkan?"

Struggle • KSJ (Completed)Where stories live. Discover now