ABYSS

1.7K 198 27
                                    


PERINGATAN:

Part ini mengandung bawang.
Baca jika hanya kamu sedang good mood.

Special Part

abyss : always by your side, seokjin

Aku tahu ini semakin tidak benar, tapi jemariku tidak mau berhenti bergerak, malah semakin lihai menari naik turun di layar ponselku. Diawasi sepasang manik mata yang memiliki koneksi bernama sel saraf untuk mengirim impuls pada organ paling penting milik manusia. Otak.

Ah, tidak juga. Sebenarnya itu bukan satu-satunya organ paling penting. Masih ada satu lagi yang keberadaannya tidak bisa disebut sebagai organ, karena ia tidak berbentuk dan tidak bisa dilihat oleh mata manusia. Nurani. Atau aku lebih suka menyebutnya jiwa.

Jiwaku sangat terguncang ketika membaca semua yang tertera di gulungan layar tempat dimana jemariku bekerja. Di sana, lautan huruf yang saling terjalin membentuk benua kata, tengah menjadi alasanku tidak sanggup bangkit dari sofa atau hanya untuk sekedar berbicara.

"Aku kasian pada salah 1 member yg di mv dia mendapat sedikit distribusi line dan screentime, lalu skrg dia tdk pernah muncul sama sekali dalam stage apapun."

"Dia benar-benar absen dalam comeback ini tp lagunya tetap meledak dengan sangat kuat."

"Itu artinya ada atau tidak adanya dia tdk berpengaruh kpd grupnya."

Oh, itu terdengar cukup benar. Aku memang tidak punya pengaruh sekuat Namjoon ataupun yang lainnya. Komentar itu sangat terasa benar. Juga menyakitkan.

"Hei, jangan sembarang bicara! Bukan tdk berpengaruh, tp mmg sangat tdk berpengaruh. Hahaha."

"Wah, semua org juga tahu, member yg satu itu tdk punya impact apapun pada grup itu."

"Kkkkk, aku sudah yakin mreka bisa sukses tanpanya, malang sekali dia."

"Dr awal jg sdh kelihatan kok, mana yg cuma menumpang nama."

"Tdk bisa dipercaya, dia jd ikut mendapat predikat billboard 1 singer krn grupnya memenangkan itu."

Dari sini aku mulai bingung, mengapa aku terus membaca dan memakan semua komentar itu? Tapi jemariku tidak bisa berhenti, jempolku bahkan sampai mati rasa. Tapi aku masih saja membacanya. Aku tidak tahu mengapa. Tapi sepertinya karena aku merasa itu semua benar? Aku memang memikirkan tentang pencapaian itu lebih lama, dan terus memikirkan apakah aku cukup pantas untuk mendapatkannya?

"Pdhl masih banyak yg lebih pantas dripada dia, tidakkah dia malu?"

Eh ternyata sudah ada jawabannya.

"Oh, kau lupa ya? dia kan tdk punya rasa malu. Kkkkkk."

"Kkkkk. Bahkan dia berani menjuluki diri sendiri tampan di seluruh dunia. Astaga kawan, akupun tdk sesombong itu."

"Worldwide handsome? Ah, itukan cuma lelucon. 2 maknae mreka bahkan lebih tampan:)"

Aku sudah sangat sering menemui komentar serupa, tapi menemukannya lagi terasa seperti sebuah tamparan nyata yang kesekian kalinya. Salah ya jika aku menamai diriku sendiri tampan? Bukankah aku memang tampan? Tapi terakhir kali bercermin aku ingat memang ada beberapa kerutan kecil di sekitar mataku. Mungkin setelah ini aku harus mengerem mulutku agar tidak lagi mengatakan diriku worldwide handsome. Cih, aku jadi tidak bisa menahan diri untuk menertawai diriku yang kelewat percaya diri saat mencetuskan julukan itu dari mulutku sendiri.

Struggle • KSJ (Completed)Where stories live. Discover now