14

1.8K 196 47
                                    

"Seokjin!" Pening yang menyerang kepalanya sungguh menyiksa kala Seokjung memaksa tubuhnya segera terjaga untuk kemudian duduk tegak dengan napas yang memburu. Ia mengerjap cepat sebelum irisnya berkeliaran ke seluruh ruangan dan akhirnya menyadari bahwa ia hanya bermimpi. Semua yang ia lihat ; Seokjin meracau, melukai diri sendiri, sampai didiagnosis mengidap PTSD ternyata hanya sebuah mimpi.

Mimpi buruk sialan!

Kendati demikian, Seokjung tetap tidak bisa bernapas lega ketika manik matanya tidak menemukan presensi Seokjin di atas ranjang atau dimanapun. Masih dengan gemuruh di dada dan keringat dingin yang memperburuk suasana, ia bergegas mencari Seokjin. Tempat pertama yang ia tuju adalah toilet, degup jantungnya meningkat saat tidak menemukan adiknya di sana. Pikirannya masih kacau sehingga ia melupakan bahwa ruang rawat ini terhubung ke sebuah balkon. Ternyata kecemasan berlebih telah membuatnya melewatkan pintu balkon yang sedikit terbuka. Tanpa pikir panjang iapun bergegas ke sana.

Brak!

Seokjung sudah tidak peduli akan konsekuensi perbuatannya mendobrak pintu secara brutal hingga merusak engsel pintu karena dirinya sudah terlanjur dipenuhi perasaan lega ketika dapat menemukan keberadaan Seokjin di sana. Tengah berdiri memegang pagar balkon dan memandang jauh ke Sungai Han, akhirnya Seokjung bisa bernapas dengan ringan mengetahui bahwa adiknya dalam keadaan baik-baik saja.

"Seokjin?" Ia melangkah mendekat dengan perlahan, tiba-tiba merasa takut Seokjin akan melompat dari pagar dan terjun dari lantai 15 gedung rumah sakit ini. Tapi harusnya ia menampar diri sendiri agar segera sadar karena Seokjin menoleh dan malah memberikan tatapan kesal seperti sebelum ia tertidur dan bermimpi. Seokjung tahu dirinya harus segera mengenyahkan segala perasaan tentang mimpinya dan mulai bersikap wajar jika tidak ingin merasa malu pada dirinya sendiri. "Kenapa kau di sini?"

"Memangnya kau pikir 15 hari terkurung di ruangan berbau antiseptik lalu sempat pulang sehari tapi akhirnya kembali lagi ke ruangan kecil ini tuh menyenangkan?"

Syukurlah. Seokjin masih bisa menjawab dengan nada menyebalkan artinya dia baik-baik saja. Seokjung pun tidak bisa menahan diri untuk menghela napas lega.

"Ada apa dengan helaan napas itu, eoh?"

"Yak! Berani sekali berkata 'eoh' pada kakakmu?!"

"Memangnya kenapa, eoh? Kau mau melaporkanku pada Ibu? Sana! Aku tidak takut."

Seokjung mendengkus, perasaan khawatir dan semua ketakutan akan mimpinya hilang begitu saja setelah melihat sikap dan mendengar kalimat menyebalkan Seokjin. Ia sudah sangat sering bertengkar dengan Seokjin sejak adiknya itu lahir ke dunia. Tapi kali ini terasa lebih menjengkelkan sebab ia baru saja mengalami mimpi yang begitu aneh dan mustahil untuk menimpa seorang Kim Seokjin yang semua orang di Korea- bahkan mungkin dunia- tahu betapa positif prinsip hidupnya. Ia menyesal sudah mengkhawatirkan pria yang suka bercermin tapi belum bisa memaknai diri dari cermin-alias tidak tahu diri itu. Rasa takut dan gentar yang melingkupinya tadi mendadak terasa sia-sia.

Tapi bagaimanapun juga ia adalah yang tertua dan mereka sudah dewasa, sudah tidak mungkin lagi bertengkar seperti anak kecil, seperti dulu, dengan bertarung dan saling memukul atau mengadu pada orang tua. Ia juga jadi merasa konyol. Mau-mau saja terpancing oleh manusia yang sudah dewasa tapi masih takut pada belalang dan ikan pari ini.

"Aku tahu kau bosan. Tapi setidaknya peduli sedikit lah dengan kakakmu ini. Aku tertidur sampai senja begini, padahal aku sudah bilang kalau restoran sedang ramai. Jadi mengapa kau tidak membangunkanku?"

Melepas tangannya dari pagar balkon, Seokjin menggeret tiang infus ke dekat kursi lalu duduk di sana dengan kaki menyilang dan punggung bersandar di sandaran kursi. "Apa kau tidak ingat pada kebiasaanmu jika sudah tidur, kau berubah menjadi sebatang pohon tumbang?" Seokjin mengambil secangkir teh yang berada di meja dan menyeruputnya. "Aku bahkan sangsi gempa bumi sanggup membangunkanmu."

Struggle • KSJ (Completed)Where stories live. Discover now