13

1.8K 209 28
                                    

Mohon maaf ada beberapa perubahan kecil di bab ini jadi kemarin aku unpub dan sekarang repub.

Selamat membaca!


꧁꧂

Pukul setengah dua, sebenarnya sudah telat untuk makan siang. Tapi Seokjung tetap membawakan makanan saat mampir ke rumah sakit untuk mengecek kondisi adik semata wayangnya yang kini tengah fokus menatap layar iPad di overbed table.

"Apa iPad itu bisa dimakan?" Seokjin menoleh saat ia bertanya retoris. "Singkirkan!"

Suara dengkusan samar terdengar ketika Seokjung mengeluarkan kotak makanan lalu menatanya di meja yang berada di hadapan Seokjin-anak itu masih menekuri benda yang sudah ia pindah ke pangkuan. "Makanlah. Kau pasti tidak menyentuh makanan rumah sakit lagi."

"Hm," gumam Seokjin tanpa menoleh padanya. Suara berisik dari benda itu tengah menjadi pusat perhatiannya.

"Seokjin?" panggilnya masih sabar, "Lama-lama kau bisa tersedot ke dalam layar jika menatapnya seperti itu!"

Meski fokus pada layar yang ditatapnya, Seokjin masih bisa mendengar suara Seokjung dan hanya bisa tertawa datar menanggapinya. "Leluconmu sangat mengerikan, Hyung."

Seokjung memutar bola mata malas, anak ini sungguh tidak pandai berkaca.

"Apa yang sedang kaulihat?" Ia begitu penasaran apa yang tengah Seokjin tonton di layar itu sampai mengabaikan makanan di depannya, jadi dirinya menjulurkan kepala untuk menengok layar iPad. Ternyata Seokjin sedang menonton siaran live Bangtan. "Ulang tahun Jungkook?"

"Dan perayaan nomor 1 Billboard."

"Oh, selamat kalau begitu."

"Hm,"

Seokjung heran dengan respon Seokjin yang terlalu datar. Adiknya itu hanya menarik senyum tipis dan mengacungkam jempol, lalu kembali fokus pada tontonannya. Hal itu membuas Seokjung gemas. "Tidak bisa ya, menonton sambil makan? Atau kuambil lagi makanannya?"

"Uuh!" Seokjin merengek.

Berhasil. Akhirnya adik yang sok-tampan-dan-tidak-lagi-polos itu mengalihkan perhatian kepadanya.

"Kau jahat sekali, Hyung!"

Seokjung hanya balas tersenyum saat Seokjin mulai mengabsen makanan di hadapannya. Tapi senyum kemenangannya segera surut saat Seokjin mulai protes, "Mana lobsternya? Tidak ada pizza dan nasi goreng? Kenapa semuanya sup? Ini sama saja seperti makanan rumah sakit!"

"Yak! Tidak usah banyak protes. Kau mau alergimu kambuh lagi? Lagian mana ada orang sakit minta makan macam-macam?"

Bibir Seokjin mengerucut, "Aku tidak alergi seafood, Hyung."

"Tapi kau alergi bawang putih!" sergahnya logis. "Sudahlah, tinggal makan saja yang sudah tersedia. Ini semua makanan rumah yang dimasak Noona-mu. Sehat dan bersih. Tidak pakai bawang putih."

Seokjin mengerang lemah, pertanyaan yang bagai lagu lama terlontar darinya. "Apa enaknya makanan tanpa bawang putih?"

Mendengar itu, sebenarnya Seokjung kasian. Seokjin itu bagai omnivora yang sangat kuat dalam urusan makan, apalagi kalau itu makanan kesukaannya. Tapi pria yang akan selalu dilihatnya sebagai adik kecil itu kini harus menghindari banyak makanan dan harus selalu minum obat anti alergi. Dia yang notabene-nya jarang bertemu dan menyaksikan sendiri pun sudah mulas membayangkannya. "Aku serius, Seokjin. Jangan terlalu sering melanggar pantanganmu jika tidak mau kejadian ini terulang. Obat itu tetap obat, tidak baik jika kau terus menenggaknya setelah makan makanan terlarang."

Struggle • KSJ (Completed)Where stories live. Discover now