25

1.3K 178 25
                                    

"Kim Seokjin, Jung Hoseok, jelaskan tentang semua ini!"

Sejin memberikan sebuah amplop besar berwarna coklat kepada Seokjin. Sebuah amplop yang menjadi penyebab dia diperintahkan datang ke kantor, merelakan hari liburnya, dan juga harus tega meninggalkan Yoosun di dorm hanya dengan beberapa member.

"Loh, ini kan kita tadi malam, hyung!" seru Hoseok ketakutan, "paparazi?!"

Amplop itu memang berisi foto dirinya yang tengah berlari di koridor rumah sakit, dengan Yoosun di gendongannya, dan Hoseok yang mengiringinya. Juga ada foto Hoseok sendirian menunggu. Atau fotonya yang berhadapan dengan Hoseok di depan ruang rawat.

Sudah Seokjin duga, orang mencurigakan semalam adalah sasaeng. Kacau sudah semuanya. Kini apa yang bisa ia lakukan? Tidak ada. Seokjin terpaksa jujur.

"Orang di foto itu memang kami. Maaf, hyung, sebenarnya ...."

Sejin sangat terkejut setelah mendengar cerita singkat dari Seokjin. Dia sampai mondar-mandir gelisah sambil memegangi kepalanya. "Aku tidak habis pikir. Mengapa kau menutupi semuanya dari agensi? Kau tahu kan kondisimu ini sangat membahayakan Bangtan? Membahayakan perusahaan?"

"Iya, aku tahu. Maafkan aku, hyung."

Sejin mengusap wajah, sorot matanya memancarkan stres berat. "Temui Sihyuk hyung bersamaku sekarang. Situasi ini sangat pelik, astaga! Padahal konser dan comeback sudah di depan mata."

Sejin memang sudah tidak lagi menjadi Manager Bangtan, dia telah naik jabatan menjadi Wakil Ketua Departemen Seluruh Artis BigHit. Tapi kejadian ini tentu saja akan melibatkannya karena dia memang bertugas mengatasi masalah sasaeng fans. Jadi, amplop itu memang sampai lebih dulu ke tangannya.

Hoseok hanya pasrah saat Bang Sihyuk memintanya keluar dan meninggalkan Seokjin di dalam bersama dua orang itu. Ia khawatir. Apa yang akan dilakukan oleh direktur mereka? Apa yang akan terjadi pada Seokjin selanjutnya? Dua jam Hoseok menunggu dengan gelisah dan penuh rasa penasaran, akhirnya Seokjin keluar.

Suasana di dalam sebelumnya pasti sangat berat melihat betapa lesu dan pucatnya wajah Seokjin. "Bagaimana, hyung?"

"Hoba, kalau seandainya aku-"

"Seandainya apa, hyung? Hyung?"

Seokjin tidak melanjutkan ucapannya. Dia menghela napas lalu memasang hoodie di kepalanya dan berjalan, diikuti Hoseok yang penasaran setengah mati.

"Hyungie jangan begini ..., kau membuatku takut. Bicaralah. Katakan apa saja yang ingin kau katakan. Apa saja. Aku siap mendengarkan."

Seokjin tetap saja diam. Hoseok akhirnya ikut diam, memilih merangkulnya sepanjang jalan. Seokjin memang pendiam, dan akan semakin menjadi pendiam kalau sedang tertimpa masalah. Dia akan memendamnya sendirian dan tidak membiarkan siapapun tahu apa yang sedang dirasakannya. Hoseok sudah hapal. Apalagi akhir-akhir ini sifat Seokjin yang demikian lebih dominan. Sangat berbeda ketika dia ada di depan kamera.

Seokjin baru mau buka suara saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Hose ...,"

Oh shit. Hoseok tidak pernah mendengar nada sesedih itu keluar dari mulut Seokjin. Dia menjawab, "Aku di sini, hyung."

"Jika suatu saat nanti aku berada di posisi yang sulit, dan semua orang membenciku, apakah ... apakah menurutmu masih ada orang yang mau berdiri di sisiku?"

Shit. Shit. Shit.

Hoseok terpaksa menepikan mobil, ia tidak bisa fokus menyetir kalau seperti ini. Dia menghadap Seokjin yang bersandar di jendela dengan mata terpejam. "Apapun yang terjadi nanti, aku akan selalu ada di sisimu. Member yang lain juga, aku jamin, kami akan selalu ada untukmu, kami akan berdiri di sisimu, hyung."

Struggle • KSJ (Completed)Where stories live. Discover now