28

1.2K 185 33
                                    

You are my sunshine,
my only sunshine

You make me happy
when skies are gray

You never know, dear,
how much I love you

Please don't take
my sunshine away

Seokjin mengecup ringan dahi Yoosun setelah menyanyikan lagu pengantar tidur yang biasa ia lantunkan untuk buah hati kesayangannya itu. Bedanya, kali ini Yoosun bahkan belum bangun dari tidur malamnya. Wajar, ini masih pukul empat pagi, Yoosun masih pulas-pulasnya. Tapi Seokjin harus sudah pergi. Dia akan melewati hari yang sangat panjang. Maka dari itu kemarin dirinya memanggil Bibi Choi untuk datang meski seharusnya libur.

"Bi, aku titip Yoosun, ya. Hari ini jadwalnya transfusi darah. Jika jam 5 sore aku belum pulang, tolong bawa dia ke rumah sakit, Bibi bisa menemaninya kan?"

Sejak didiagnosa menderita thalassemia empat bulan lalu, yang selalu menemani Yoosun transfusi darah adalah Ibunya Seokjin. Hanya beliau yang sanggup melakukannya. Karena itu adalah proses yang menyakitkan. Tidak ada orang tua yang tega saat lengan kecil bayinya harus ditusuk jarum untuk mendapatkan darah lewat selang. Dua minggu lalu, saat Seokjin pertama kali menemaninya transfusi darah, ia hampir menangis, sangat kasihan pada putrinya. Jika dia bisa, dia rela menggantikan posisinya.

"Serahkan urusan Yoosun pada Bibi. Tuan Muda fokus saja pada pekerjaan," Bibi Choi menepuk punggung Seokjin lembut, menyemangatinya. "Ingat selalu ucapan Bibi ini, Tuan Muda adalah orang yang baik, pasti akan mendapatkan kemudahan juga."

Seokjin balas tersenyum dan mengangguk. Ia menoleh ke arah Yoosun untuk terakhir kalinya sebelum beranjak pergi dari kamarnya yang hangat ini.

Di ruang tengah, ada Hoseok yang baru bangun dan Namjoon yang sudah sama-sama rapi seperti Seokjin. Mereka duduk di sofa menunggu kedatangannya.

"Hyung sudah siap?" Namjoon segera berdiri. Pagi ini juga ia akan menemani Seokjin ke Gwacheon untuk mengurus beberapa hal. Bang Sihyuk juga membersamai mereka. "Hoejangnim barusan bilang sudah di jalan. Kita berangkat sekarang?"

Seokjin mengangguk tanpa kata.

Hoseok mengantar mereka sampai depan. "Jangan lupa makan ya, hyung! Semangat!" Dari semua member, sepertinya hanya dia yang masih peduli.

Seokjin yang teringat percakapan mereka tempo hari, berbisik lirih, "Gomawo, Hoseok-ah."

Kemarin adalah hari yang cukup berat, berita menghebohkan itu meruntuhkan saham BigHit dalam sekejap. Nama Jin dan BTS sendiri segera naik trending, menjadi perbincangan publik. Semua media menyorotnya, para penggemar terbagi kubu antara pro dan kontra, serta para pembenci juga ikut muncul memperkeruh suasana.

Rapat dadakan pun dilaksanakan. Semua member-termasuk yang sedang pulang ke rumah orang tua, atau bahkan Yoongi yang sedang menjalani rehabilitasi pasca operasi pun disuruh datang.

"Kenapa foto seperti itu bisa tersebar? Apa semua bukti benar-benar sudah dimusnahkan?" Adalah pertanyaan dari Bang Sihyuk kepada staf yang bertanggung jawab memusnahkan bukti.

"Benar, hoejangnim. Sejin-ssi saksinya."

Sejin mengiyakan dengan yakin. Dia juga sudah melaporkan pertanggungjawabannya.

"Foto-foto ini berbeda dari bukti yang sudah dimusnahkan kemarin. Benar kan, Seokjin?"

Di meja bundar itu terdapat beberapa foto yang sedang menjadi highlight berita dimana-mana. Foto sepasang sejoli yang sedang berpelukan, dimana perempuan tersebut sedang mengandung, dan seorang laki-laki yang menggendong bayi.

Struggle • KSJ (Completed)Where stories live. Discover now