So You're Okay

79 23 7
                                    

A year later

Sekolahan itu tampak sepi. Tak ada tanda-tanda kehidupan di manapun. Entah itu di ruang kelas, lab, bahkan di kantin sekalipun. Genangan air hujan bekas semalam masih terlihat di beberapa tempat, padahal sudah memasuki musim kemarau.

Keheningan itu perlahan mulai lenyap kala samar-samar terdengar suara dari aula yang jaraknya cukup jauh dari kantin. Semakin mendekat ke sana, suara yang terdengar semakin jelas.

"Kenangan tiga tahun selama bersekolah di sini benar-benar sangat berharga. Bisa bertemu dengan teman, guru, bahkan pak satpam dan ibu-ibu kantin yang sifatnya berbeda-beda membuat saya bisa memahami lebih dalam lagi tentang keberagaman sifat manusia. Dan itu benar-benar suatu hal yang sangat menarik."

Cecil mendecih, ia menyenggol bahu sosok di sampingnya sambil menunjuk ke panggung menggunakan matanya. "Belagu banget mentang-mentang jadi perwakilan angkatan."

Naga menyetujui, "Itu kalo rambut gondrongnya dipotong baru pantes jadi murid terbaik se-angkatan."

Javen mengerjapkan matanya beberapa kali, "Tapi kalo dilihat-lihat si Juna ganteng juga tuh."

"Homo lu?" tembak Naga.

"Najis anjing."

Sementara itu, Cecil malah tersenyum dan tertawa kecil sambil terus menggoda Javen.

Juna sepertinya masih menikmati waktunya di atas panggung sana. Meluncurkan kalimat-kalimat yang telah ia rangkai sedemikian rupa sejak satu bulan yang lalu. Sebenarnya, hal yang ingin ia katakan masih ada banyak. Namun, wali kelasnya melarang.

"Se-sepertinya kamu cukup baca satu lembar saja, Juna."

"Nggak boleh semuanya, Bu? Sayang kan ini masih ada 12 lembar sisanya."

"I-itu... Meskipun cuma satu lembar, kalau kamu yang ngomong pasti semua orang langsung tersentuh."

Begitu kira-kira respon sang wali kelas kala Juna mendiskusikan pidato kelulusannya.

Cecil menguap lebar. Matanya yang berkaca-kaca melirik Juna yang tampak semangat membalik kertasnya ke halaman selanjutnya. Tampaknya cowok satu itu tidak mendengarkan saran dari sang wali kelas.

Lalu atensi Cecil berpindah lagi ke dua cowok di sampingnya.

"Lu berdua banyak gaya, ya?"

"Napa sih? Tiba-tiba ngatain?"

"Liat cermin deh, Na. Berani banget lo ke acara kelulusan nyemir rambut? Ya, meskipun itu semprotan doang," ia beralih menatap Javen, "lo juga, itu telinga lo bolong-bolong pasti tindikan kan lo?"

Javen merasa kesal sampe ujung matanya kedutan. Ia ingin meremas kepala Cecil sekarang juga.

"Padahal lo yang bolongin."

"Hah? Gue?"

"Bulan lalu tiba-tiba lo lari ke rumah gue, gangguin gue sama Melisa lagi cuddling. Waktu mau ngejar Melisa lo langsung nahan gue dan waktu sadar telinga gue udah bolong."

Cewek itu tampak mengingat-ingat, "Oh, iya. Ternyata gue biangnya."

"Ngomong-ngomong soal ini, lo kayaknya lebih butuh kaca, Cil," ujar Naga.

"Kenapa emang?"

"Apa-apaan sama rambut super pendek ini? Terakhir kita ketemu, rambut lo tuh sepinggang tahu nggak?"

Cecil memegangi kepalanya, "Mau ngurangin beban aja. Beban hidup gue aja udah berat, jadi gue mau ngurangin beban kepala."

Ketiganya terdiam. Kembali terdengar suara Juna yang tampak bersemangat sekaligus kehabisan napas.

[2] Fantasy : La La Love - NCT DREAM [✓]Onde histórias criam vida. Descubra agora