1

267 8 0
                                    

Menghela nafas panjang adalah kegiatan yang kulakukan sejak setengah jam yang lalu. Sekarang aku berada di sirkuit, memandang jengah orang yang berlalu lalang. Apalagi udara malam yang semakin dingin.

Sebelumnya perkenalkan namaku Ayana Evira. Biasa dipanggil Aya atau Nana. Umur 19 tahun, kuliah semester 3 di Universitas Indonesia fakultas hukum.

Bagaimana aku bisa di sini? Aku diseret oleh kakak tiri laki-lakiku. Entah apa tujuannya menyeretku ke tempat ini, tapi perasaanku tidak enak.

Sebenarnya kalau dipikir-pikir, hubunganku denganya tidak erat. Bahkan kami jarang berkomunikasi, tapi tiba-tiba dia mengajaku datang kemari.

Apa sudah gila?

Itu yang aku pikirkan tentangnya. Aku tidak punya waktu untuk menemaninya di sini. Tugasku masih menumpuk seperti cucian kotor di kamar.

"Ngapain lo masih di situ? Sini"

Aku menoleh ke samping kanan, di sana berdiri kakak tiri gilaku, Randy namanya. "Ngapain ngajak ke sini? Gue sibuk"

Randy berjalan mendekat lalu menarik tanganku agar mengikutinya. "Ck, lepasin. Lo gila ngajak gue ke sini?! Ini udah jam dua belas malem"

"Berisik" ucapnya membalas kalimatku barusan.

Aku lebih memilih diam daripada ditinggal di tempat menyebalkan ini. Kami berhenti di depan sekumpulan anak laki-laki.

"Ini barang taruhan gue"

Aku menoleh cepat menghadap Randy. Apa aku barusan tidak salah dengar?

Barang taruhan?

Maksudnya aku?

"Bagus juga. Oke gue terima. Kalo lo menang, taruhan gue 10 juta. Gimana?"

Aku kembali menatap lurus ke depan, lebih tepatnya menatap laki-laki yang baru saja merespon kakak brengsekku.

Randy menaikan sudut bibirnya. "Deal"

"Oke. Kita mulai aja" laki-laki itu berjalan mendahului Randy menuju tempat balapan.

Aku yang masih shock hanya bisa mematung di tempat. Aku dijadikan barang taruhan? Apalagi orang yang menjadikan aku sebagai taruhan adalah kakakku sendiri? Walaupun aku bukan saudara kandungnya, tapi bukankah ini sangat keterlaluan.

Jangan bilang dia sengaja menjadikan aku sebagai taruhan agar bisa mendapatkan uang itu? Kenapa harus aku?

Randy akhir-akhir ini memang sedang ribut dengan mamah karena uang. Katanya dia butuh uang untuk keperluan kuliah padahal untuk senang-senang. Mamah tahu kalau Randy berbohong, makanya mamah tidak memberikan uang sepeser pun pada Randy.

Tapi caranya nggak harus menjadikan aku sebagai taruhankan?!

"Cantik duduk sini dulu" aku menatap sinis orang yang barusan mengajakku bicara.

"Wah galak nihhh. Apa si bos ngga salah deal? Bisa-bisa bos digalakin setiap hari"

Aku menghiraukan kalimat-kalimat yang keluar dari mulut mereka. Yang aku pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya keluar dari taruhan ini.

Aku benar-benar berharap agar Randy bisa memenangkan balapan ini. Aku tidak perduli dengan yang lainnya, aku hanya berharap orang yang pertama kali aku lihat digaris finish adalah Randy.

***

Harapan hanya harapan.

Kesialan apa lagi ini ya tuhan?

Bagaimana bisa Randy kalah dari laki-laki itu? Apa dia gila? Apa otak yang ada di kepalanya itu hanya parkir di sana?

Randy membanting helmnya dan lawannya itu sekarang sedang menatapnya dengan tatapan mengejek.

Aku berjalan cepat ke arah Randy lalu menendang kaki Randy keras. Randy menatapku tajam.

"Lo pikir gue bakal takut ditatap kaya gitu? LO TUH SEBENERNYA EMANG BRENGSEK APA BEGO SIH?!" Sekarang emosiku sudah tidak bisa dibendung lagi.

"Jaga omongan lo!" Randy mencengkram kerah bajuku erat.

Aku tertawa Sinis. "Lo yang harusnya jaga sikap!"

"Wo...wo...wo tenang" aku menatap laki-laki itu, lawan Randy.

Dia berjalan mendekati kami lalu merangkulku sambil melepas tangan Randy. "Jangan.sembarang.sentuh.cewek.gue"

Aku menyingkirkan tangannya dari pundakku. "Ayo balik" aku menarik tangan Randy menuju motornya terparkir.

Setelah motor Randy menyala aku langsung naik. Kami pun meninggalkan sirkuit.

Happy EndingWhere stories live. Discover now