7

106 4 0
                                    

Aku turun menuju ruang tamu sambil mengusap rambutku dengan handuk kecil. Aku menatap Juna yang fokus pada ponselnya. Tatapannya itu dingin sekali, bisa-bisa ponselnya ikut membeku.

Aku menaruh handuk di bahu lalu berdiri dihadapan Juna. Sepertinya Juna sangat fokus sampai tidak sadar kehadiranku. Tapi itu lebih baik.

Aku berbalik ingin menuju ruang makan terlebih dahulu, tiba-tiba tanganku ditarik hingga aku duduk di pangkuan Juna.

Aku mengedipkan mata beberapa kali lalu menatap Juna. "Kamu ngapainnn?!!!"

Juna mengeratkan tangannya di pinggangku, mendekatkan wajahnya. "Lo mandi apa berendam si? Lama banget"

Aku merasa wajah hingga telingaku panas. Juna benar-benar tidak aman untuk kesehatan jantung, ada saja tingkahnya yang membuatku hampir gila.

"L-lepas" ucapku mencoba melepaskan tangan Juna. "Lo aneh"

Aku menaikan satu alisku. Aneh dari mananya?
"Maksudnya?"

"Bisanya cewek lain suka kalo gue giniin, tapi lo ngga" jawab Juna santai.

Aku memiringkan kepalaku menatap Juna sinis sama seperti yang Juna lakukan tadi. "Sayangnya saya bukan cewek murahan yang sering kamu perlakuin kaya gini"

Aku mengehentakan tangan Juna lalu berdiri. "Ayo sarapan" ajakku pergi meninggalkan Juna.

"Menarik" gumam Juna.

***

Selesai sarapan Juna masih tidak ingin pergi dari sini. Sekarang kami sedang berada di runang keluarga. Aku duduk di karpet sambil menghadap laptop mengerjakan tugasku yang dikumpukan besok, sedangkan Juna sedang berbaring berbantal pahaku.

Aku sebenarnya tidak nyaman dengan posisi ini. Tapi saat akan berkomentar Juna pura-pura tidur sambil menenggelamkan wajahnya diperutku.

Ya Tuhan kenapa ada setan berwujud manusia seperti ini.

Tapi ini adalah kesempatanku untuk membuat Juna bosan denganku. Akhirnya sebentar lagi aku terbebas.

Tanpa aku sadari sudah tiga jam aku mengabaikan Juna. Aku menunduk menatap Juna, aku dibuat semakin tercengang. Dia tidur?

Masih menenggelamkan wajahnya di perutku dan tangan kanan yang memeluk pinggangku. Cih, benar-benar deh.

Tanpa sadar aku mengelus rambut Juna, membuat Juna semakin menenggelamkan wajahnya.

'ternyata cowok kaya lo punya sisi gemoy juga'

Aku kembali menatap laptopku lalu menyimpan file tugas. Menutup laptop lalu beralih pada ponsel yang sejak pagi aku biarkan.

Wow... Ternyata banyak pesan dari Juna. Aku membuka chatku dengan Bagas.

Bagas

Ayana gimana nih rencana kita?
Waktu itu gue deg-degan bngt gila di dpn Juna
Serem

Aku terkekeh membaca pesan Bagas. Benar Juna memang menyeramkan apa lagi kalau tatapan dinginnya itu terlihat.

Bagas

Sori baru bls
Gue ikut lo aja
Sesiapnya lo

Aku kemudian kembali menunduk, kapan Juna akan bangun. Kakiku sudah terasa kesemutan. Kalau aku bangunkan apa dia marah?

Aku melihat ponsel Juna berdering, dari Theo.Aku mengusap rambut Juna lembut beberapa kali berharap Juna akan bangun.

Dan... Berhasil. Juna mengerjapkan matanya lucu. OMG!!!! Gemes banget.

Juna menatapku polos. Aku masih mengusap rambut Juna. "Bangun ada telfon"

"Ambilin" balas Juna. Aku mengambil ponsel Juna lalu menyerahkannya pada Juna.

Juna menempelkan ponselnya di telinga. "Hm?"

"...."

"Iya gue ke sana" ucap Juna. Juna bangkit lalu mengacak-acak rambutnya. "Gue balik"

"Dari tadi kek" gumamku pelan tapi ternyata masih bisa didengar Juna. Aku berdehem lalu berdiri sambil memukul-mukul pahaku pelan.

Juna hanya memerhatikanku. "Pegel?"

'menurut lo aja saipul. Tiga jam jadi bantal lo'

Aku lebih memilih diam. "Katanya balik?"

Juna berdiri lalu meraih kunci motor dan jaketnya. Berjalan menuju pintu. Aku ikut mengantar Juna ke depan, sebenarnya malas tapi dia kan tetap tamuku.

Juna menaiki motornya lalu menggunakan helm full face berwarna hitam itu. Aku membuka gerbang rumah.

"Cepetan elah" gumamku lagi.

Juna berhenti di hadapanku lalu mengacak-acak rambutku lalu pergi begitu saja.

"Akhirnya gue bebassss!!! Gila pegel banget kaki gue. Bangke emang tuh orang" ucapku mengeluarkan unek-unek yang sejak tadi kupendam.

Happy EndingTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon