23

108 5 0
                                    

Aku turun dari tangga dengan tergesa-gesa sambil mengikat rambutku menjadi satu. Berjalan ke arah kulkas untuk mengambil air putih.

"Kanaya mau sarapan pake apa?" Tanya mamah. Aku menggeleng lalu mengambil roti tawar sambil melihat ponsel. "Kelas jam berapa?" Tanya mamah lagi.

"Bentar lagi. Kanaya berangkat have nice day"

Aku buru-buru memakai sepatuku. Tiba-tiba ada yang menarik tanganku. "Aw" aku mengusap jidatku yang terasa menabrak sesuatu. Aku mendongak lalu mendelik menatap tajam ke arah Juna.

"Ngapain? Saya buru-buru" tanyaku ketus.

"Gue anter" jawab Juna. Hah? Tunggu dulu, kenapa Juna ada di sini? Bahkan aku belum keluar gerbang. "Kamu nginep di sini?" Tanyaku heran.

"Iya. Ayo" Juna menarik tanganku menuju motornya.

***

Aku langsung menyerahkan helm kepada Juna dengan buru-buru. "Makasih"

Setelah mengucapkan kata terima kasih aku langsung berlari menuju gedung. Mata pelajaran pertama hari ini dosennya itu super killer. Ck, sial banget aku.

"Baiklah terma kasih untuk kerjasamanya hari ini. Jangan lupa tugasnya dikerjakan saya tunggu, bagi yang terlambat... Selamat mengulang pelajaran saya tahun depan"

Aku langsung merebahkan kepalaku di atas meja. Untung saja tadi tidak telat. "Tumben banget lo datengnya kesiangan? Kalo begadang lo juga tetep masuk sebelum gue" Hana ikut merebahkan kepalanya menghadapku.

"Han"

"Apa?"

"Hanaaa"

Hana menegakkan badannya. "Tumben banget lo ngerengek gini? Kenapa?"

"Gue suka sama Juna" jawabku pelan. "Oh suka sama Jun- HAH? LO SUKA SAMA SIAPA?" Hana membulatkan matanya terkejut.

Aku ikut menegakkan badan lalu menghadap Hana. Untuk di kelas ini hanya sisa kami berdua. "Juna. Gue... Harus gimana?"

"Wait. Maksud lo Juna yang itu?" Tanya hana yang kubalas anggukan kepala. "Ya ngga gimana-gimana. Lagian sekarang lo udah jadian sama Juna ya ngga masalah. Malah lo yang aneh kemaren-kemaren karna cuek sama modelan Juna" ucap Hana santai.

Aku menghela nafas panjang, kembali merebahkan kepalakku. "Gue takut ngelewatin batasan gue dan berakhir sakit hati. Lo taukan kalo Juna bakal lepas gue kalo dia udah bosen. Gue cuma... Belum siap kehilangan orang yang gue sayang lagi"

"Ya dengerin gue. Suka sama seseorang itu resikonya emang sakit hati. Gue aja yang udah jadian kadang-kadang sakit hati sama Bagas. Sakit hati di dalam percintaan itu wajar, lo harus berani keluar dari zona ketakutan lo.

"Batasan? Batasan apa yang lo maksud? Batasan kalo lo cuma barang taruhan? Dengerin ya, mau lo barang taruhan atau buka sekarang itu kalian pacaran. Lo punya hak atas pasangan lo, lagian pasti lo udah jalanin cara buat Juna bosen sama lo kan? Terus buktinya sampe sekarang kalian masih baik-baik aja kan? Berarti ada kemungkinan dia punya perasaan buat lo. Lo harus belajar berjuang Ya, kalo emang Juna ngga bisa di perjuangkan ya udah lo tinggal belajar iklas dan move on. Emang ngga mudah ngelakuin kedua hal itu tapi ikhlas sama move on menurut gue tuh salah satu keindahan cinta"

Aku tertawa setelah mendengar ceramah Hana. "Hem. Makasih lo emang paling the best" ucapku sambil mengacungkan jari tengah Hana langsung mendelik. "Eh salah maksud gue ini" aku mengacungkan jempolku sambil terkekeh.

"Wehhh kenapa nih?" Tanya Bagas. "Yang ayo kantin" ucap Bagas bersandar di meja sambil menatap intens Hana.

Aku mendengus melihat pasangan muda di hadapanku ini. "Aya ayo kantin mamang Udin bikin bakso setan" ajak Bagas. Bagas ini kalau soal informasi makanan di kantin memang paling top.

"Ayo" Bagas dan Hana berjalan di depanku sambil bergandeng tangan.

'Huffff, oke Kanaya ayo keluar dari zona ketakutan lo. Lo punya kesempatan buat nyatain perasaan ke Juna'

Happy EndingWhere stories live. Discover now