21

120 4 0
                                    

Author POV

Kanaya berjalan dengan tergesa masih sambil mengusap air mata di wajahnya kasar hingga kulitnya berwarna merah. Kanaya berhenti di jalan lalu berjongkok, menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan.

Ini adalah pertengkaran pertamanya dengan Randy. Kanaya merasa ini semua salahnya karena tidak bisa menjadi saudara yang baik untuk Randy. Suara tangisan Kanaya semakin kencang.

"Na"

"Hey, Kanaya liat gue" Kanaya tidak ingin menatap Juna, rasanya hanya akan membuat tangisannya semakin keras.

Juna menarik tangan Kanaya untuk berdiri lalu memeluk Kanaya erat. "Maaf"

Kanaya balas memeluk Juna, semakin menenggelamkan wajahnya. "Kenapa sihhh Randy ngga mau nurut? Padahalkan permintaan aku cuma mau Randy diem ngga ikut balapan"

Juna tersenyum saat mendengar sebutan Kanaya berubah menjadi 'aku'. Juna mengusap punggung Kanaya lembut, "Iya nanti gue bilangin"

Kanaya melonggarkan pelukannya lalu mendongak menatap Juna. "Beneran?" Juna terkekeh melihat Kanaya dengan mata, pipi, dan hidung yang memerah, gemez banget. "Iya beneran" ucap Juna.

Tangan Juna yang tadi digunakan untuk mengusap punggung Kanaya kini digunakan untuk menghapus air mata Kanaya dengan lembut lalu menarik Kanaya untu dipeluk lagi. "Ngga Randy ngga kamu, kenapa sih suka banget bikin khawatir sama stress? Sehari diem emang ngga bisa ya?" Ucap Kanaya disela tangisannya.

"Iya maaf. Gue ngga bakal ikut balapan lagi" balas Juna, semakin mengeratkan pelukannya. Mencium pucuk kepala Kanaya berkali-kali.

***

Kanaya POV

Dug...

"Awww" aku mencoba membuka mataku lalu menoleh ke kanan dan ke kiri. Bisa-bisanya aku jatuh dari tempat tidur, aku langsung merubah posisi menjadi duduk.

"Sttt, kelamaan nangis nih pasti" ucapku pelan sambil memijat keningku. Tunggu dulu.... Menangis? Kelamaan?

Aku langsung membulatkan mata ketika mengingat kejadian tadi malam. "KANAYAAA LO EMANG GILA PAKE KUADRATTT"

Aku berdiri dari dudukku. "Wah, gue ngga percaya sama diri gue sendiri. Bisa-bisanya... Gue... Nangis di depan Juna. Sialan lo Kanaya!" Aku mengacak-acak rambutku frustasi.

"Kenapa sihhh Randy ngga mau nurut? Padahalkan permintaan aku cuma mau Randy diem ngga ikut balapan"

Aku menjatuhkan tubuhku di atas kasur dengan keras lalu berguling ke kanan dan ke kiri. "Fuck you Kanaya!" Teriakku di atas bantal.

"Kanaya? Kamu kenapa?" Tanya mamah berjalan memasuki kamarku lalu membuka gorden.

"Mah" panggilku dengan posisi masih sama, menyembunyikan wajahku di bantal. "Kenapa sayang?" Tanya mamah sambil mengusap-usap rambut kusutku karena ku acak-acak tadi.

"Hari ini Kanaya ngga kuliah dulu, pusing" jawabku dengan suara malas. Mamah tersenyum lalu mencium samping kepalaku. "Iya ngga papa. Kamu istirahat aja, mamah siapin sarapan dulu nanti kalo laper langsung turun ya?" Aku hanya membalas dengan anggukan kepalaku.

Happy EndingWhere stories live. Discover now