15

114 4 0
                                    

Sejak tadi Juna tidak bisa diam. Dia selalu merecoki ku. Aku masih berusaha sabar saat ini. Aku membuka ruang chat saat melihat notifikasi dari kak Ansel.

Kak Ansel

Aya bisa minta tolong?

Kenapa kak?

Pesanku langsung dilihat oleh kak Ansel. Fast respond juga dia.

Besok lo ada waktu ngga?
Gue pengin ke SMA, ada perlu sama pak Budi

Aku mengerutkan kening. Ada perlu apa kak Ansel dengan pak Budi? Aku dan kak Ansel memang satu SMA. Kami juga sudah dekat sejak SMA.

Ada
Gue kuliah jam satu tapi
Lo mau minta ditemenin gue?

Iya😂

Aku terkekeh melihat jawaban kak Ansel. Memang ada-ada saja kelakuan kating satu ini.

Kenapa gue?
Emang kak Dafa ngga bisa menenin?

Si Dafa lebih milih ngebucin dari pada nemenin gue🙄
Bajing emang lebih milih pacara dari pada temen dari orok
Lagian lo kan anak kesayangan pak Budi, siapa tau pak Budi kangen sama lo

Aku tertawa, kak Dafa memang kalau sudah bucin jadi lupa dunia. Saat akan membalas pesan kak Ansel tiba-tiba ponselku direbut oleh Juna.

Aku menatap tak kalah tajam dari Juna. Apa-apaan makhluk hidup satu ini. Benar-benar minta baku hantam.

"Ngga boleh!" Aku semakin bingung dengan ucapan Juna. "Ngga boleh apa?" Tanyaku kesal.

"Ngga boleh ketemu Ansel" jawab Juna santai. Aku memejamkan mata menahan emosi. Siapa dia mengaturku? Aku ingin bertemu siapa saja harusnya terserahku.

"Ck, diem deh. Saya ngga minta pendapat kamu" aku kembali merebut ponselku lalu meletakannya di sampingku.

Tiba-tiba Juna menarik pipiku mendekat lalu menciumnya berulang kali. Aku dibuat membatu dengan perlakuannya ini. Jantungku rasanya ingin meledak saking terkejutnya, apalagi rasanya berjuta kupu-kupu berterbangan di dalam perutku.

"Aww" aku menarik jauh kepalaku saat Juna menggigit pipi tembamku. Aku menatap tajam Juna. Gila apa? Pipiku kan bukan roti.

"Gemes banget si cewek gue" wajahku langsung bersemu merah, sialan. "Kamu ngapain si?!" Tanyaku berusaha menghilangkan rasa gugupku.

"Aku bukan makanan, dikira ngga sakit apa?" Aku mengusap pipiku yang digigit Juna.

Aku dibuat menegang setelah mendengar bisikan Juna di telingaku.

"Ini belum seberapa, belum aja bibir lo gue jadiin sasaran selanjutnya"

***

"Hem" aku berusaha mencairkan suasana yang sangat tidak nyaman ini. Aku mengiyakan ajakan kak Ansel untuk berkunjung ke SMA Bakti bangsa, sekolahku dan kak Ansel dulu. Tapi aku tidak tau kalau Juna akan ikut.

Saat aku membuka pintu tadi pagi aku terkejut melihat Juna berdiri di depan pintu. Saat aku bertanya ada urusan apa kemari dengan santainya dia menjawab...

"Gue pengin liat sekolah lo dulu"

Dasar gila another level. Aku hanya mengehela nafas, meski aku melarang Juna pasti akan memaksa. Aku jadi merasa tidak enak kepada kak Ansel.

"Kak Ansel ada urusan apa sama pak Budi?" Tanyaku memecahkan keheningan selain itu aku juga kepo dengan tujuan kak Ansel ke sekolah.

"Urus masalah Bima. Dia katanya mau ikut olimpiade, orang tua disuruh dateng buat pengarahan. Lo kan tau orangtua gue ngga di Indonesia, jadi gue yang berangkat" jawab kak Ansel. Aku menganggukan kepala mengerti.

Omong-omong tentang Bima, dia adalah adik kak Ansel. Memang tidak diragukan lagi otaknya itu. Bima selalu mengikuti lomba-lomba yang di adakan entah itu bidang akademik atau non-akademik.

Juna membalikan tubuhnya lalu menatapku kesal. Aku menaikan satu alisku, kenapa dia menatapku begitu?

Happy EndingWhere stories live. Discover now