14

94 4 0
                                    

Kringggg....kringggg

Tanganku meraba-raba meja nakas di samping tempat tidurku. Saat sudah menemukan benda yang aku inginkan aku langsung membuka mataku.

Menghela nafas, aku baru tidur dua jam setelah begadang menonton drama Korea yang belum aku selesaikan.

Aku menyibak selimutku. Hari ini aku berencana menjadi anak malas seharian karena tidak ada jadwal kuliah. Aku berjalan ke kamar mandi untuk melakukan ritual pagiku.

Selesai mandi dan memakai pakaian rumahan aku meraih ponselku yang sudah ku charger sejak malam. Membuka aplikasi chat, tidak banyak pesan masuk. Kebanyakan hanya pesan dari grup bahkan pesan dari Juna juga tidak ada.

Apa aku menunggu pesannya? Big noooo. Aku rasa hari ini kehidupanku akan tenang, apalagi dirumah hanya ada aku. Mamah pergi ke Bandung menyusul ayah karena ayah demam sedangkan Randy akan menginap dirumah temannya sampai mamah pulang.

Beberapa hari ini rumah adalah milikuuuu. Aku benar-benar sangat senang membayangkannya. Aku beranjak turun menuju dapur.

Aku kembali mengecek jam di ponsel, pukul delapan. Aku membuka kulkas, mengambil sebotol air mineral sambil menelisik isi kulkas mencari bahan untuk ku olah menjadi makanan.

Aku mengambil telur dan sosis, aku hanya akan membuat sandwich karena malas membuat sesuatu yang repot.

***

Well... Kupikir kehidupan tentramku akan berlangsung lama, tapi ternyata aku langsung ditampar kenyataan saat membuka pintu rumah.

"Ka-kamu ngapain ke sini?"

Aku memerhatikan Juna yang sedang berdiri bersandar pada dinding. "Emang ngga boleh?"

Aku menggengam gangang pintu erat. Tentu saja tidak boleh! Hari liburku yang menyenangkan sudah pasti akan terganggu dengan kedatangan Juna kemari.

"Ada perlu sama saya?" Tanyaku menahan kesal. Juna menggelengkan kepala. Aku mengerutkan kening, lalu tujuan datang kemari apa? Oh aku hampir lupa, Juna kan memang tipe orang yang selalu berbuat sesuka hatinya.

"Gue ngga dibolehin masuk?" Tanya Juna balik.

***

Aku menatap Juna jengah. Sudah sepuluh menit aku menunggu Juna menyampaikan tujuanya kemari, tapi orang yang tidak kuharapkan kehadirannya ini malah asik bermain ponsel dengan posisi miring.

"Juna" panggilku berusaha mengambil atensi Juna dari ponselnya. Tidak ditanggapi.

"Junaaa" panggilku lagi masih berusaha sabar. Aku menghembuskan nafas panjang menahan emosi.

Aku berdiri menuju ruang keluarga, meninggalkan Juna yang asik dengan ponselnya. Aku menatap TV yang menampilkan kartun berbentuk kotak berwarna kuning itu serius. Kartun ini adalah salah satu kartun favoritku sedari kecil.

Tiba-tiba badanku menegang saat ada tangan yang melingkar di pinggangku dan kepala yang bersandar di bahuku, apalagi saat hembusan nafas itu mengenai leherku. Aku mencoba merilekskan tubuhku.

Aku menoleh kesamping, ternyata Juna yang memelukku sambil menutup matanya. Rasanya aku ingin menyingkirkan kepala dan tangan Juna, tapi tidak tega saat melihat raut lelah di wajah Juna. "Kamu kenapa?"

Juna semakin mengeratkan pelukannya hingga bibir Juna terasa di leherku. Tuhan tolong tenangkan jantungku ini.

"Na" panggil Juna yang kubalas deheman. "Ayana" panggil Juna lagi, aku menoleh ke samping menghadap rambut hitam legam Juna.

'wangi juga'

"Kenapa?" Tanyaku bingung. Ada apa dengan Juna? Apa ada masalah?

"Kangen"

Aku tercengang mendengar jawaban itu. Maksudnya Juna mepet-mepet begini karena rindu? Wah, benar-benar minta dibuang ke laut.

Aku kembali fokus pada TV, berusaha mengabaikan Juna yang terus menghirup aroma tubuhku itu. Dasar setan sialan.




Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang