1K 148 20
                                    

Senyuman mengembang dengan sempurna, matanya berbinar cerah mendapati nama tersebut pada layar ponselnya. Jemarinya menekan ikon berwarna hijau, lantas mendekatkan ponsel dengan telinga.

Suara di seberang sambungan telepon terdengar, menyapa dengan intonasi hangat penuh kelembutan. Gadis itu meninggalkan pekerjaannya, lalu mendudukkan diri di pinggiran tempat tidur. "Halo! Ahh, akhirnya kau menelpon juga, kupikir kau sudah melupakanku." ia terkekeh kecil mendengar decakan kesal keluar dari ponselnya.

"Mana mungkin! Kita baru berpisah satu hari, asal kau tau." jauh di Tokyo sana, seorang laki-laki memutar bola matanya malas dengan perilaku lawan bicaranya.

Gadis itu kembali tertawa dengan tangan yang menutupi mulut anggun, lantas menaikkan kedua kaki ke atas ranjang dan menyilangkannya. "Maaf, aku bercanda. Ah lalu, bagaimana harimu di Tokyo?"

Terdengar helaan nafas dengan aura penat yang ikut tersambung. "Begitulah, kehidupanku tidak setenang saat di sana."

Kepalanya mengangguk-angguk beberapa kali. Keduanya terdiam, memberi jalan masuk bagi keheningan untuk menyapa. Entah bagaimana bisa kedua sahabat ini kehabisan topik, seakan ada suatu pembatas yang menahan bibir untuk berbicara.

"Kau sedang apa di sana?"

Suara Fukube menyadarkan lamunannya, lantas kembali teringat dan menoleh pada pekerjaannya yang sempat tertunda. Giginya menggigit bibir bawah ragu, menjawab setelah jeda beberapa detik, "Tidak ada."

"Tidak ada?"

(Y/n) mengalihkan pandangannya ke bawah, mengulas senyum tipis dan berkata dengan intonasi rendah, menyiratkan kesedihannya yang terasa oleh si pendengar di balik sambungan telepon. "Memangnya apa lagi yang bisa aku lakukan tanpamu? Aku hanya bisa merebahkan diri sambil mengkhayal mendapat harem di isekai."

Fukube tertawa kecil menanggapinya. "Kau berlebihan, buktinya kau masih bisa bernafas!" tuduhnya dengan nada candaan, masih diiringi kikikan.

"Aku tidak akan mati karena tidak bisa bernafas, aku akan mati karena bosan, tolong ingat itu." (Y/n) merotasikan bola matanya, mengangkat dan melipat kedua kaki lalu menyimpan kepalanya pada lutut itu. Bibirnya mengerucut kesal dengan Fukube yang menanggapi kebosanannya dengan santai, seolah masalah gadis itu hanyalah masalah sepele. Tapi benar sih, Fukube tidak salah.

Fukube kembali tertawa, lalu bertanya setelah tawanya mereda. "Besok? Bagaimana dengan besok? Apa ada rencana yang akan kau lakukan?"

Gadis itu membatu untuk sesaat. Tangannya terangkat, lantas menggigiti kuku jempolnya gelisah. Sekali lagi ia mengalihkan tatapan pada tas punggung yang mulai menggembung karena diisi beberapa barang, mengira-ngira jawaban seperti apa yang harus ia beri pada Fukube.

Tidak mungkin ia memberitahukan yang sebenarnya, kan? Jangan bercanda! Fukube benar-benar posesif jika menyangkut kondisi (Y/n), bagaimana reaksinya jika tau (Y/n) memutuskan pergi ke pantai? Ah, gadis itu tau ia akan dimarahi habis habisan.

Bukan hanya dimarahi, besar kemungkinan Fukube akan menaiki kereta di jam malam hanya untuk menemuinya dan melarangnya pergi ke pantai. Fukube, pasti melakukan apapun demi tujuannya terlaksana. Dasar laki-laki merepotkan!

"(Y/n)-chan? Kenapa diam saja?"

"A-ah?" ia tersadar dengan kondisi linglung. Sejenak ia menghela nafas panjang, lalu membuka mulutnya dan mengeluarkan suara, "Tidak, aku tidak pergi kemana-mana."

"Eh? Begitu? Padahal ini musim panas, seharusnya kau menikmati liburanmu semaksimal mungkin," omel Fukube, yang ditanggapi kekehan oleh gadis yang menjadi lawan bicara.

"Tidak, aku sudah nyaman di rumah."

Jawaban (Y/n) membuat Fukube berdecak kesal, menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya ini. "Terserah kau saja."

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Where stories live. Discover now