870 145 103
                                    

Warn: Cerita ini sepenuhnya bersifat fiktif yang mana hanya karangan/khayalan author semata

"Oreki!!"

Seruan seorang gadis menyadarkannya, lantas menoleh dan mendapati seseorang melambaikan tangan kepadanya. Matanya menyipit fokus, mencoba menemukan figur lain yang berada di sekitar orang itu, tapi usahanya sia-sia, orang yang dicarinya tidak ada.

Merasa dipanggil, Oreki mulai berjalan santai mendekat meskipun dalam hati tidak mau. Laki-laki itu menghela nafas panjang sebelum dirinya sampai, kenapa juga ia harus terjebak dengan gadis ini?

"Oreki, kau lama sekali! Aku sudah dari tadi disini!"

Oreki hanya mengangguk-angguk tidak peduli, kepalanya masih ditolehkan ke kanan dan kiri. Semuanya sudah tiba di tempat liburan, sebelumnya pergi ke penginapan terlebih dahulu untuk menyimpan barang-barang dan berganti pakaian, kebetulan sekali penginapannya sangat dekat dengan tujuan utama.

Tapi hingga saat ini, baru Chitanda yang sampai di tempat. Oreki memang sedikit terlambat karena telepon dari kakaknya, tapi setelah itu ia langsung berangkat tanpa mempedulikan kakak Chitanda yang juga ikut.

"Chitanda, dimana Shimizu-san?"

Chitanda memiringkan kepalanya sejenak, lalu tersenyum tipis. "(Y/n)-chan tadi menyuruhku duluan, katanya ada urusan dulu," terangnya diiringi kekehan.

Oreki mengangguk paham dengan penjelasan singkat Chitanda, namun begitu, entah kenapa ia tetap khawatir. Laki-laki itu memegangi dagunya seraya menatap pasir yang menjadi pijakannya, merasa gelisah akan sesuatu yang tidak jelas.

'Shimizu-san kemana, ya?'

.
.

"Apa maumu?"

Tatapannya terlihat tegas, tanpa perlu menunduk, bahkan dengan berani membalas tatapan tajam yang diarahkan kepadanya. Kedua tangannya dilipat di depan dada santai, meskipun sekilas dirinyalah yang terlihat terpojok.

"Hee? Masih ingat padaku ternyata?" tanya laki-laki yang tangannya bertumpu pada dinding itu, mempersempit jarak dengan gadis dihadapannya. Gadis dengan tinggi yang sama dengan bahunya.

Gadis itu tampak memalingkan tatapannya seraya mendengus kecil, lantas kembali menatap lawan bicara yang lebih tinggi daripadanya. "Mana mungkin aku lupa pada kakak kelas sinting sepertimu?"

Seringai kecil tergambar jelas pada bibir si laki-laki, tatapan angkuh tidak lepas dari kedua bola matanya. "Eeh? Kesanku padamu sudah benar-benar buruk, ya?"

(Y/n) berdecak malas mendengarnya, kenapa juga ia harus meladeni laki-laki yang seorang mantan kakak kelasnya dulu ini? Ia terus mengatakan omong kosong hingga waktunya habis, gadis itu tak mengerti apa yang laki-laki ini inginkan.

"Katakan saja apa maumu! Aku tidak punya waktu untuk meladeni orang semacam dirimu." (Y/n) berkata dengan sedikit penekanan, menegaskan bahwa ia tidak main-main. Jika saja kedua tangan laki-laki ini tidak menghalangi jalannya, (Y/n) sudah pergi dari tadi.

"Kenapa kau buru-buru sekali? Apa kau tidak ingin mengingat kenangan masa lalu denganku dulu?"

(Y/n) memutar bola matanya malas, memijat pangkal hidung saat kepalanya mulai pusing. "Kau pikir apa yang ingin aku ingat dengan segala kelakuan gilamu saat itu, hah?!" bentaknya mulai muak.

Laki-laki itu tersenyum tipis, memiringkan kepalanya seraya memperhatikan lekuk wajah (Y/n) yang tercipta dengan begitu indahnya. Melihat gadis itu yang mendumel-dumel seorang diri membuat ia gemas.

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Where stories live. Discover now