(Y/n)'s Side (bagian 2)

92 14 2
                                    

Ibuku mati.

“Dia tidak akan kembali.”

Dan aku orang paling terakhir yang mengetahui hal itu.

Tuhan, permainan macam apa lagi ini?

Aku bahkan belum bisa mengatakan bahwa aku sangat menyayanginya dengan benar.

Mengurung diri di kamar, hanya itu yang bisa kulakukan.

Gelap, pengap dan sepi. Tak ada lagi yang kurasakan selain hal itu saat ini. Berapa kalipun Fukube-kun mengetuk pintu, aku tak pernah mengindahkan, aku menulikan pendengaranku untuk sepenuhnya.

Rasanya begitu hampa.

Tidakkah Tuhan tau seberapa lelahnya aku saat ini? Lelah untuk menghadapi luka baru yang terus tergores setelah luka yang lain sembuh. Ini memuakkan. Saking hampanya, aku tak merasa sakit, aku tak merasa sedih, semuanya benar-benar kosong.

Haruskah aku memberitahu bahwa air mataku telah habis untuk menangisi yang sudah berlalu? Semuanya, mengatakan hal yang membuatku tenang dalam jangka waktu sementara, lantas memberi luka yang lebih parah setelahnya.

Aku lelah menghadapi kesendirian yang hadir ketika satu persatu orang mulai meninggalkanku.

“(Y/N)!!!!”

Aku memang bodoh.

Fukube-kun membuang semua tablet yang ingin aku makan sekaligus. Di detik pertama, aku kebingungan, kenapa Fukube-kun mencoba menghalangiku untuk terbebas dari semua penderitaanku? Namun, semua pandangan itu berubah, ketika aku melihat tatapan matanya.

Aku tidak pernah melihat Fukube-kun semarah itu.

Aku takut.

Tetapi aku tak mungkin mengabaikan sirat kekhawatiran yang hebat dalam tatapannya.

“Kau boleh menangis sepuasnya!! Kau boleh berteriak sekeras-kerasnya! Tapi jangan begini ...”

Aku terlalu berfokus pada orang-orang yang meninggalkanku, hingga tak menyadari bahwa ada seseorang yang selalu berada di sampingku.

Setelahnya, aku menghabiskan malam itu untuk menangis sepuasnya di pelukan Fukube-kun.

Aku sangat ingin Fukube-kun tau, seberapa penting dirinya bagi hidupku.

“UWAHHH, KOK BISA BARENG GINI, ASIK BANGETTT!!”

Aku tidak ingat sejak kapan ini dimulai.

"B-bentar, dikit lagi!" nafas Oreki-san tampak terengah-engah, bagi seseorang yang pemalas sepertinya lari estafet membuat tenaganya cukup terkuras.

GDUBRAKK

"BWAHAHAHA!"

Aku tertawa terbahak-bahak ketika wajah Oreki-san menghantam tanah hingga berguling satu kali. Aku membungkuk, lelah tertawa terlalu banyak, sementara Oreki-san menatap ku datar, terlihat sangat kesal.

"AHAHA! OREKI-SAN LUCU BANG- eh?"

Kala mataku terbuka, aku mendapati Oreki-san tepat di hadapanku, dengan tongkat yang mengetuk pelan kepala. Terlalu dekat, ditambah hembusan nafas Oreki yang kelelahan langsung menerpa wajahku.

"Kalau liat orang jatuh, bantuin, bukan ketawa."

Hidupku, untuk sesaat,

"Nih, minum dulu." Fukube-kun menyodorkan botol yang sudah terbuka itu dengan senyum terpatri padaku.

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Where stories live. Discover now