387 72 6
                                    

Beberapa saat sebelumnya ...

"Kau telah membuat ku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya, Shimizu (Y/n)."

Deretan kata yang seolah menerobos pendengarannya membuat gadis itu terkesiap. Tanpa sadar sesuatu menetes membasahi pipinya, mengalir bebas hingga berkumpul di ujung dagu, dan air mata itupun jatuh dengan tak berarti.

Kini kepalanya tertunduk, dengan bibir digigit kuat dan tangan terkepal erat. Sedetik kemudian tangannya terangkat untuk menekan sebelah mata, berusaha, supaya cairan bening yang memberi rasa perih tak kembali.

Oreki mengerjapkan mata, terkejut ketika kekehan yang terdengar pahit keluar dari mulut gadis di hadapannya. Ia ingin mendekat, tetapi kakinya enggan melangkah, sebab ragu dengan perasaan sang gadis yang tidak ia ketahui.

"Kenapa, ya?" tanyanya dengan tawa, sesekali terisak. "Kenapa ..., kenapa aku menangis begini?" ia terus bertanya walau tau mustahil mendapat jawaban. "Ini aneh, aku benar-benar tidak mengerti, kenapa aku menangis?"

"Jujur saja, sedari dulu aku selalu ingin tau siapa orang yang menyelamatkanku." cerita gadis itu terhenti sejenak, ketika sesuatu seakan menyangkut di tenggorokan membuatnya tercekat. "Ibu hanya mengatakan dia seorang laki-laki, tanpa mengetahui namanya, karena Ibu sendiri lupa."

"Kumohon, jangan menyalahkan dirimu sendiri. Jika kau tidak ada saat itu, aku mungkin sudah mati, aku benar-benar berterima kasih." (Y/n) kembali terisak.

"Hanya saja,"

"Rasanya membingungkan mengetahui seseorang yang selama ini aku cari-cari adalah orang yang sama dengan orang yang aku cintai."

Mata Oreki melebar dengan cepat, bersamaan dengan mulutnya yang terbuka hendak mengucap kata, seiring dengan kaki mengambil langkah. Namun, setelah itupun tak terdengar apapun, sebab tenggorokannya tercekat, terlalu terkejut dengan pernyataan yang baru ia dapat.

"Oreki-san aku mencintaimu."

Langkahnya berakhir sebelum jarak sempat menipis, kekosongan masih mengisi diantara isakan dan benak yang penuh pertanyaan.

"Tetapi sedari dulu, aku sudah meyakini diri bahwa aku akan kalah." suara gadis itu kembali mengudara, membawa konsentrasi Oreki kembali dari pikirannya. "Aku tak lebih baik dari apapun, aku tak pernah berharap untuk menang."

Oreki tidak setuju. Tidak seharusnya (Y/n) berfikiran seperti itu.

"Aku yang dulu yang bahkan tidak kau kenal, mana mungkin bisa menang melawan Chitanda-san yang selalu ada di sampingmu."

Oreki tersentak, seketika melebarkan sepasang permata hijaunya. Ia menggeleng tak percaya, sedetik kemudian berteriak, "Apa yang kau pikirkan, Shimizu-san?!" tanyanya. "Aku tidak punya hubungan apapun dengan Chitanda!"

Kini matanya menatap tegas, begitu juga dengan kata yang keluar dari celah bibir. "Kau tidak bisa mengambil kesimpulan seperti itu! Kenapa kau sudah menyerah sejak awal? Kau bahkan belum berusaha, seharusnya kau yakin dengan dirimu sendiri."

"Oreki-san kau tau apa?"

Oreki kembali tersentak, netranya bergetar ketika (Y/n) membalas tatapannya dengan mata yang dibanjiri oleh cairan bening penuh luka. Gadis itu menggigit bibirnya putus asa, memaksakan bibirnya tuk berucap.

"Apa kau mengerti bagaimana posisiku? Melihatmu yang sudah saling mengenal sejauh itu dengan Chitanda-san, sedangkan aku tak memiliki kesempatan sedikitpun untuk sekedar membalas tatap denganmu."

Netra (Y/n) menyipit, menambah jumlah tetesan yang keluar dari pelupuk mata. "Kau pikir aku bisa apa?"

Oreki terdiam, tak mampu berkata-kata. Perkataan yang keluar dengan suara serak itu membuat dadanya ikut sesak, seakan bisa merasakan apa yang sudah gadis itu lalui selama ini. Sejenak kepalanya menunduk, dengan itu mengepalkan kedua tangan di samping tubuh. Sembari menelan ludah susah payah, Oreki tiba-tiba terfikir,

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Where stories live. Discover now