410 68 21
                                    

"Tunggu, kau?"

Gadis itu berbalik, memperlihatkan raut wajah yang terkejut tiada tara. Nafasnya terengah ketika tatapannya mengarah tajam, meski begitu tetap mengandung sirat bingung.

"Bagaimana bisa kau tau nama itu?! Aku tidak pernah memberitahukannya kepada siapapun kecuali-"

Perkataannya terputus oleh dirinya sendiri. (Y/n) membeku, sementara netranya kian melebar ketika menyadari sesuatu. Ia mengambil langkah ke belakang, lantas dengan perlahan menutup rapat celah bibirnya menggunakan telapak tangan.

"Tidak mungkin," gumamnya mencoba meyakinkan hati, menggeleng kuat. "Kau ...."

Tenggorokan gadis itu seakan tercekat, semuanya terasa semakin aneh sekarang. Sial, (Y/n) baru sadar, padahal ingatannya sudah kembali beberapa waktu lalu, tetapi ia baru mengingat hal yang benar-benar penting dalam hidupnya.

Diawali dengan meneguk ludah kasar, gadis itu memanggil, "Houtarou ..., niisan?"

Angin berhembus kencang, menerpa wajah yang kini membelalak tak percaya. Wajah yang biasanya setia dengan ekspresi datar, kini menerbitkan senyum paling manis yang pernah ia buat.

Oreki terkekeh singkat, lalu bergumam, "Sudah aku duga." ia memejamkan mata sejenak, kembali mengingat sesuatu yang membuat hatinya hangat, kemudian membuka netra yang memberi tatapan lembut. "Akhirnya aku menemukanmu, Mizu-chan."

Iris (e/c) itu bergetar, masih mencoba mencerna apa yang terjadi di hadapannya. "Tidak mungkin," putusnya keras kepala. "Houtarou, Houtarou, tidak mungkin Houtarou yang itu." (Y/n) beralih mengusap dahinya yang dipenuhi keringat dingin, panik tak terkendali.

Houtarou. Benar. (Y/n) mengacak surainya frustasi. Pantas saja ketika mendengar nama kecil Oreki ia selalu merasa aneh, seakan menemukan bagian dari sesuatu yang hilang dari dirinya sejak lama.

"Aku, aku selalu mencarimu."

(Y/n) mengangkat kepalanya, menatap Oreki yang berada beberapa langkah di hadapannya. Bibirnya terbuka, dengan gugup bertanya, "M-mencariku?"

Oreki mengangguk. "Sejak dulu, aku selalu mencarimu. Ketika aku tau kau pindah dari tempat tinggalmu dulu, aku benar-benar panik, aku bingung, aku tidak tau bagaimana caranya agar aku bisa bertemu denganmu lagi."

Sembari mengepalkan kedua tangannya di samping tubuh, Oreki tetap mempertahankan senyumnya yang teramat tipis, tidak melunturkan maupun melebarkan. Permata hijaunya pun sedikit bergetar, teramat senang hingga matanya berair.

"Aku tak pernah menyerah, bahkan setelah aku pindah ke sini aku selalu mencarimu." Oreki menahan nafasnya, seakan tersangkut oleh sesuatu. "Aku merasa itu tindakan yang sia-sia. Aku bahkan tidak tau nama aslimu, aku bahkan tak tau apapun tentangmu, aku tidak begitu mengenalmu."

"Tapi apapun yang terjadi, aku tetap berusaha keras supaya bisa bertemu denganmu lagi, aku melakukan segala cara, tetapi tetap saja aku gagal, aku putus asa karena tidak pernah menemukanmu."

Sudut alis (Y/n) bergetar, sangat bingung dengan situasi saat ini. (Y/n) tidak mengerti, sedikitpun tidak. "Kenapa?" tanyanya dengan suara serak. "Kenapa kau berusaha sekeras itu untuk mencariku?" gadis itu menelan ludahnya kasar, siap mengatakan sesuatu yang menghasilkan perih dalam dada.

"Kita bahkan baru bertemu satu kali."

Oreki mendengkus, tertawa singkat. "Shimizu-san, atau boleh kupanggil Mizu-chan? Ingatanmu, ingatanmu yang hilang itu karena aku, kan?"

Gadis itu membeku. Bibirnya tertutup rapat, enggan memberi balasan, walau sekedar satu atau dua kata. Dengan sunyinya ruangan dalam beberapa detik, seakan memberi jawaban secara tidak langsung. Oreki sangat tau.

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang