395 80 8
                                    

"Shimizu-san!"

Senyum mengembang perlahan, dikala mengetahui siapa yang telah memanggil diri. Menghampiri dengan riang, ia menghentakkan kaki ketika berada tepat di depannya. "Oreki-san, selamat pagi!"

Sapaan tersebut dibalas senyum tipis. "Selamat pagi." gadis itu mengangguk singkat sebagai tanda diterimanya salam sapa. "Mau ke kelas bersama?"

(Y/n) tak sebodoh itu untuk pura-pura tidak mendengar, apalagi sampai menolak kesempatan seperti ini. Kepala mengangguk cepat, dengan mata berbinar ia menyetujuinya tanpa pikir panjang.

Perilaku gadis di hadapannya ini membuat Oreki gemas, hingga ia pun mengeluarkan kekehan.

Keduanya mulai melangkahkan kaki, masuk ke dalam gedung sekolah setelah sebelumnya bertemu di gerbang depan. Berjalan bersisian, (Y/n) bahkan tak mampu mengontrol ekspresi wajahnya sendiri.

"Shimizu-san?"

"Ya?!"

Jawaban (Y/n) yang kelewat kilat itu membuat Oreki terkejut, bahkan tergambar jelas di wajahnya. (Y/n) yang menyadari itu segera mengusap tengkuk, tertawa canggung. "Hehe, maaf," sesalnya.

Oreki menghembuskan nafas kecil, lalu tersenyum. "Tidak apa-apa, santai saja. Oh iya, hari ini Satoshi tidak masuk sekolah, kau sudah tau?"

Pengalihan topik ini membuat (Y/n) sedikit nyaman, setidaknya tidak terlalu kelihatan bahwa (Y/n) begitu menyukai hal sepele ini dari wajahnya. Ayolah, siapa yang tidak gugup jika berjalan dengan target (yang disukai) sedekat ini?

"Iya, Fukube-kun memberitahuku semalam." helaan nafas kini meluncur bebas dari bibirnya, menyimpan kedua tangan di pinggang. "Aku ini tidak mengerti, akhir-akhir ini Fukube-kun sering tidak masuk sekolah dengan alasan ada urusan, apa ada masalah, ya?"

Sembari menatap sosoknya, Oreki dapat merasakan intonasi khawatir yang pekat pada nada bicaranya. Oreki sedikitnya mengerti, lagipula (Y/n) dan Fukube memang sahabat dekat, kan? Wajar jika peduli satu sama lain.

Namun, hatinya berkata lain.

"Shimizu-san."

"Hm?" gumam (Y/n) lebih tenang.

"Kau, sedekat itu dengan Satoshi, ya?"

Oreki dapat merasakan (Y/n) tak lagi sejajar dengannya, karena gadis itu telah menghentikan langkah. Ikut melakukan hal yang sama, Oreki harus melirik ke belakang agar bisa menatap wajah (Y/n).

"Bagaimana, ya?" gumam (Y/n), tertawa canggung. "Dibilang dekat, sangat. Habisnya dia satu-satunya temanku dari dulu, sih." melanjutkan lagi tujuannya ke kelas, Oreki pun mensejajarkan langkah lagi dengannya.

"Satu-satunya?" ulang Oreki bingung.

(Y/n) mengangguk samar, menggulirkan tatapannya ke atas. "Aku punya sedikit gangguan terhadap kepercayaan, jadi sulit untukku mencari teman. Aku dekat dengan Oreki-san dan Chitanda-san pun, karena Fukube-kun mengenal kalian lebih dulu sebelumnya." ia terkekeh kemudian.

"Kau, tidak punya teman lain selain kami?" kali ini langkah Oreki yang terhenti, menatap gadis yang kini sama-sama berhenti dengan pandangan tidak percaya.

(Y/n) tertawa kecil, lalu membalikkan badannya untuk menghadap Oreki. "Begitulah. Aku, sedikit takut." senyum canggung tergambar jelas pada bibirnya.

"Kenapa takut?" tanya Oreki bingung. Mendengar tak ada jawaban, malah guliran mata ke arah lain dari lawan bicara, Oreki menghembuskan nafas lelah. "Maaf jika selama ini aku terlalu ikut campur dalam kehidupanmu, tapi tidakkah kau merasa kesepian?"

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Where stories live. Discover now