After All (2)

225 32 0
                                    

Ketika kembali ke Takayama, (Y/n) benar-benar menepati janjinya untuk belajar dengan benar. Ia mengesampingkan konsol game, yang merupakan benda favoritnya dan memilih menghabiskan waktu dengan setumpuk buku dan soal-soal yang tertulis di atas kertas.

Oreki yang melihat hal itu hanya tersenyum lega. Dirinya yang seringkali malas pun ikut merasakan semangat gadis itu. Oreki tidak keberatan sama sekali untuk mengajari (Y/n) materi yang tidak ia mengerti.

(Y/n) juga tidak pernah merasa sesemangat ini. Ambisinya untuk bisa memasuki universitas favorit membuatnya tidak menyerah melakukan hal yang biasanya ia benci ini. Ia tidak lelah meski terus menerus belajar sampai larut malam. Tentunya, karena ditemani Oreki dan secangkir kopi dengan obrolan hangat yang mengiringi.

Gadis itu tergelak puas, tak bisa menahan geli yang menyerang diri ketika Oreki melemparkan candaan disela mengerjakan latihan soal. Ia menggeleng pelan, menyesap secangkir kopi di tangannya untuk menghilangkan kantuk.

Mereka terus seperti itu, saling menghibur dan mendukung satu sama lain. Baik Oreki maupun (Y/n), tidak akan membiarkan salah satu dari mereka menyerah. Mereka akan berjuang bersama-sama.

"(Y/n)-chan, aku mendapat kabar dari Kakak."

Gadis itu menoleh cepat, tampak antusias terlihat dari binar matanya. "Benarkah? Benarkah?!" ia bertanya berulang, kemudian menghampiri Oreki secepat mungkin. "Apa katanya?"

"Kakak sudah mendapatkan tempat. Lokasinya di pinggir jalan, jadi cukup strategis. Ini fotonya." Oreki memperlihatkan layar ponselnya, membiarkan (Y/n) melihat foto yang ia tunjukkan. Matanya melebar, berdecak kagum.

"Wah, tempatnya bagus, ini sangat cocok untuk kita!" (Y/n) menatap Oreki, yang kemudian dibalas oleh senyum tipis. Gadis itu kembali menatap foto yang diberikan Kakak Oreki itu. "Hanya satu lantai?"

Oreki mengangguk. "Iya, tapi Kakak bilang bangunan ini memanjang ke belakang. Masih ada ruangan selain ruangan utama ini." (Y/n) mengangguk-angguk paham ketika Oreki menarik kembali ponselnya.

"Lagipula Kakak sengaja tidak mencari yang dua lantai, karena harga sewanya pasti mahal. Kebetulan sekali tempat ini milik teman Kakak, jadi kita mendapat sedikit diskon."

Mendengar perkataan Oreki, wajah (Y/n) semakin berbinar cerah. "Itu lebih bagus!" ia memekik senang, lantas menjerit bahagia. Ia meraih kedua tangan Oreki membuat laki-laki itu mengerjap kaget, sementara sang gadis mulai melompat-lompat bahagia. "AAAAAA, akhirnya kita mendapatkan tempatnya! Aku benar-benar senang ...!"

Selagi gadis itu masih menikmati perasaan lega yang membuncah hebat dari dadanya. Oreki, tanpa sepengetahuan sang gadis, menatap (Y/n) dengan tatapan lembut dan penuh kehangatan.

Hari mulai petang, tawa yang mengiringi perjalanan kedua orang itu terdengar di pintu masuk pemakaman. (Y/n) yang tengah membawa satu buket bunga langsung berlari kecil ke salah satu nisan yang sudah ia hapal betul tempatnya.

"Ibu, aku kembali." ia tersenyum tipis, meletakkan bunga itu di samping nisan sang Ibu. Di belakangnya Oreki menyusul gerakan (Y/n) yang mulai berjongkok di samping makam Ibunya itu.

"Ibu, besok aku akan pergi ke Tokyo. Aku akan mengikuti tes masuk universitas." ia mulai berbicara. "Tolong do'akan aku."

Oreki menatap (Y/n) dalam diam. Kemudian, sebuah senyum tipis terbit pada bibirnya. Dulu, gadis di hadapannya ini tak pernah bisa menahan air matanya setiap kali mengunjungi makam sang Ibu. Namun, semakin lama gadis itu bisa lebih menerima keadaan, sehingga ketika menemui Ibunya ia akan mengukir senyuman paling indah.

(Y/n) sudah lebih kuat. Menyadari hal itu, Oreki entah mengapa merasa sangat bangga. Sehingga kini tangannya terangkat, lalu mendarat di puncak kepala gadis itu, kemudian mengusapnya lembut. 'Kau hebat, (Y/n),' batinnya.

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang