Fukube's Side (bagian 3)

131 15 15
                                    

Bahkan sampai saat ini pun, aku selalu menunggu untuk kehadiranmu.

***

Aku menatap gedung di hadapanku dalam diam. Gedung menjulang tinggi dengan banyak orang berlalu lalang di sekitarku membuatku sedikit gugup. Entahlah, padahal sudah beberapa minggu berlalu, tetapi aku tetap gelisah setiap kali mendatangi tempat ini.

Aku masih tidak percaya bahwa aku sudah menjadi seorang mahasiswa sekarang ini.

Menghembuskan nafas sembari terkekeh lembut, aku menggelengkan kepala. Seharusnya aku semangat karena ini adalah salah satu universitas impian, dan aku berhasil memasukinya.

Sebenarnya aku tidak ada kelas pagi hari ini, tetapi aku datang lebih awal untuk mengunjungi perpustakaan dan sedikit jalan-jalan agar bisa lebih mengenal lingkungan baru ini. Suasananya sangat menenangkan di sini, aku bisa sekalian menjernihkan pikiranku.

"Eh?"

Aku melebarkan mata, ketika telingaku tanpa sengaja mendengar isak tangis seseorang. Menolehkan kepalaku, aku mendapati seorang gadis tengah terduduk seorang diri di bangku yang tersedia di tempat ini.

Mengernyitkan alis, aku sempat berfikir beberapa saat. Aku tidak ingin mengganggunya, dia sepertinya butuh waktu untuk sendirian. Namun, melihat wajahnya yang penuh pilu, aku benar-benar tidak tega. Aku jadi khawatir kalau dia malah ditinggal sendirian.

Mengubah tujuanku, aku pun berbalik ke samping dan melangkah menghampirinya. Sibuk dengan pikirannya sendiri, sepertinya dia tidak menyadari kehadiranku. Aku memutuskan mendudukkan diri di sampingnya, lalu menatap gadis bersurai merah muda mencolok itu lekat.

"Maaf, kau baik-baik saja?"

Aku memundurkan tubuhku ketika gadis itu tersentak dan mengangkat kepalanya. Sepertinya dia terkejut, aku jadi merasa bersalah. Dia menoleh padaku, dan terlihat matanya melebar, lantas ia segera menghapus jejak air mata di pipinya.

"Ah, maaf, aku tidak bermaksud," ungkapku mengangkat tangan, ingin mencoba membantunya, tetapi ragu karena aku tak bisa melakukan apa-apa. "Aku khawatir karena banyak orang menatapmu dengan tatapan aneh. Apa kau baik-baik saja?"

Gadis itu terlihat menggeleng sehingga surai merah mudanya bergoyang, ia menarik ingusnya kuat, dan terkekeh meski terdengar dipaksakan. "Tidak, aku yang minta maaf," ujarnya. "Ugh, aku berantakan sekali, kecantikanku pasti luntur."

Aku menatapnya sweatdrop, ternyata gadis ini cukup narsis juga. Aku memilih diam, menunggunya menyelesaikan urusannya merapikan dirinya sendiri. Wajar sih, perempuan kan harus memperhatikan penampilannya, mana ada perempuan yang mau dilihat oleh laki-laki tampan sepertiku dalam keadaan berantakan?

Oh, gawat. Ternyata aku juga sedikit narsis.

"Maaf, aku sebenarnya juga tidak ingin menangis di tengah lingkungan kampus seperti ini." setelah usai dengan urusannya, gadis itu melanjutkan ucapannya, meski masih diselingi isakan dari hidungnya yang memerah.

Kepalanya menunduk, tampak mengayunkan kedua kakinya yang bertautan bersamaan. "Hanya saja, aku masih tidak menyangka akhirnya aku bisa berada di sini." bibirnya terlihat melengkung tipis di balik surainya yang menjuntai ke bawah.

Aku menatapnya dalam diam, menutup rapat bibirku. Ternyata dia juga mahasiswi baru, ya. Aku pikir dia kakak tingkat karena tingginya itu. Gila, kira-kira tinggiku seberapa darinya?

"Jadi ..., saking bahagianya kau sampai menangis, begitu?" tanyaku ragu, memiringkan kepala untuk menatap wajahnya yang menunduk.

"Harusnya begitu, sih," jawabnya yang membuatku semakin bingung, terlebih ketika ia mengeluarkan tawa, tapi tawanya terdengar hambar. Gadis yang baru kuketahui memiliki netra sebiru langit itu mengangkat kepalanya, menatap lurus ke depan. "Yah, seharusnya begitu."

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Where stories live. Discover now