03. Gus Amar

46.7K 5K 67
                                    

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

"Ning Hasna malam ini nggak bisa ngajar, Mbak-mbak! Beliau masih sakit, udah masuk musim pancaroba. Sampeyan semua juga kudu hati-hati, jaga imun biar tetap sehat," ucap Ustadzah Hafshah kepada mbak-mbak kelas Alfiyah tiga.

"Enjeh Bu Ustadzah Hafshah!" balas semua santriwati kelas Alfiyah tiga.

"Ya udah, sekarang kalian lalaran dulu. Nanti kalo udah masuk jamnya Ning Hasna ngajar, kalian bisa diskusiin pelajaran Beliau. Saya mau ke kelas sebelah dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wa barrakatuh!"

Ustadzah Hafshah lalu keluar dari kelas, dan di detik itu juga para mbak santri kelas Alfiyah tiga memulai lalaran nadzhomnya. Dan di sela-sela kegiatan itu, seorang mbak santri yang duduknya di bangku depan dekat tembok mengelus dadanya beberapa kali, karena hari ini kelasnya tidak jadi setoran Alfiyah.

"Seneng banget aku, Pi." ucapnya pada gadis yang duduk di sebelahnya.

Gadis yang diajak biacara tadi tak lain dan tak bukan Afifah lah orangnya menoleh ke samping mentap Amin dengan senyuman lebar sampai memperlihatkan deretan gigi atasnya.

Amin yang mendapatkan senyuman bahagia temannya itu juga tak mau kalah dalam menampilkan ekspresi bahagianya. Tapi itu tak bertahan lama sampai matanya melihat pria mulia yang ia cintai sedang lewat di depan kelasnya. Tanpa mengalihkan pandangan ia menolehkan kepala Afifah ke objek yang sedang ia lihat juga.

"Gus Amar, Pi,"

Afifah langsung melunturkan senyumannya sambil mulai lalaran lagi.

"Ya Allah, jodohkan Hamba dengan Gus Amar walau Hamba bukanlah seorang Ning siiih, please ...," pinta Amin pada Tuhannya yang maha segalanya, karena jika dia tidak minta, persentase bisa mendapatkan Gus Amar itu sangat kecil, sebab biasanya para Agus akan dijodohkan dengan para Ning.

Ia yang hanya anak kuli bangunan, bisa apa?

"Aamiin." sahut Afifah disela-sela lalarannya dan tepat pada saat itu Gus Amar menghilang dari pandangan mereka berdua.

Mendapat dukungan dari temannya yang ia akui ketaatannya dalam beribadah membuat Amin langsung memeluk pundak Afifah, sebab ia yakin aamiin yang temannya itu ucapankan, insyaAllah tak tertolak.

Amin kemudian mulai ikut lalaran sambil sesekali memikirkan indahnya hubungannya besok dengan Gus Amar yang sudah waktunya menikah, sebab pria itu sendiri umurnya sudah 27 tahun.

~~~

Sementara itu di bawah atap bangunan yang sama. Seorang pria yang selain pimpinan pondok, anaknya, ataupun ustadz dilarang masuk. Dia yang berada di salah 2 posisi tadi mengayunkan kaki menuju kantor madrasah untuk suatu kepentingan yang mendadak.

Tok tok ....

Ia mengetuk pintu kantor yang terbuka agar perhatian beberapa wanita dewasa di dalamnya tertuju padanya. Setelah apa yang di inginkan terjadi, kemudian salam lah yang keluar dari muluthya terlebih dahulu.

Ning Kecilku √ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang