34. Duka Mendalam

25.4K 3.5K 776
                                    

VOTE DULU LAH

VOTE DULU LAH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Sejak kabar kecelakaan yang merenggut nyawa Ning Uli tersebar seantero pondok pesantren Albasyari maupun Al-Karim. Para wali santri terdekat, alumni, sanak-saudara, dan tetangga pondok terus menerus berdatangan satu persatu untuk melayat. 

Dikarenakan hal itu pula, tenda besar pun yang jumlahnya cukup banyak didirikan di sekitar ndalem karena di ndalem sendiri telah kekurangan ruang untuk menampung para petakziah duduk.

"Nyai Nadir di mana, Bu?"

"Di kamar kayaknya."

"Ya Allah, kok bisa secepat itu ya Ning Uli ninggal?"

"Udah namanya ajal ya gimana lagi, Bu. Ngomong-ngomong ninggal karena apa dia?"

"Katanya sih gara-gara ada mobil yang banting setir di depan motor dia dan temannya di jalanan,"

"Ya Allah." Secuil bisak-bisik beberapa Ibu-ibu yang baru datang terdengar di ruang tamu yang sudah ada jenazah Ning Uli tergeletak sendiri di atas meja.

Tangisan duka seorang Ibu pun sejak tadi tak kunjung mereda, bahkan Ummi Nadira pun sempat pingsan namun terbangun lagi dan kembali menangis ditemani Ummi Shofia dari pondok Al-karim.

Ning Layla yang juga tak mampu menyembunyikan rasa sedihnya lewat tangisan memilih menghindar ke dalam kamar ditemani beberapa Mbak santri yang mencoba menenangkannya.

Abah Kyai pun turut merasakan kesedihan atas kepergian anaknya, namun tak banyak tangisan yang mampu Beliau keluarkan. Sama seperti anaknya Layla, Beliau pun memilih mengurung diri di kamar untuk beberapa waktu ditemani sepasang suami-istri berumur 40 tahunan yang telah ia anggap murid sendiri juga keluarga.

Gus Yusuf sendiri saat ini tengah mondar-mandir bersama beberapa pria dewasa lainnya untuk mengurus tempat pemandian jenazah yang nantinya akan dilakukan oleh keluarga dekat. Jenazah pun rencananya tak langsung di kuburan, tapi menunggu sampai selesai Jumatan dulu.

"Sabun udah disiapkan, kan De?"

"Udah Gus, ember juga udah. Itu tinggal masang selang air aja."

"Morinya di mana, Paklek?"

"Itu ada di ruangan, lagi disiapin sama Pak Mansur."

Gus Yusuf mengangguk paham.

Sementara itu di tempat lain tepatnya di kursi tunggu rumah sakit depan ruang ICU, ada Gus Amar yang betah menunduk dan terisak pelan atas rasa duka mendalam yang tak mungkin tak dirasakan saat kejadian mengerikan beberapa jam lalu menimpa anggota keluarga terdekatnya.

Hiks, hiks, hiks ....

Air mata terus saja menetes jatuh ke sarungnya, sesekali ia mengusapnya, namun tak lama kemudian jatuh kembali.

Ning Kecilku √ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang