30. Bersedih Hati

29.4K 3.6K 628
                                    

STOP BILANG GUS AMAR PEDOFIL, ORANGNYA GAK TERIMA 🙏

VOTE, VOTE, VOTE!

VOTE, VOTE, VOTE!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Afifah mengayunkan kaki masuk ke dapur ndalem yang dalam sana matanya melihat 10 orang mbak pondok, salah satunya Intan. Dan 3 kakang yang tengah mengangkat dandang besar berisikan nasi putih.

Menurut tebakan Afifah, para abdi ndalem ini hari akan sangat direpotkan oleh urusan dapur sebab santri-santri lama dan baru sudah mulai berdatangan satu persatu entah itu naik kendaraan pribadi atau bus secara berkelompok-kelompok.

Dikarenakan nanti bakalan banyak wali santri lah yang menyebabkan sekarang ini dapur sudah banyak tersedia cemilan maupun makanan berat yang bakalan disuguhkan saat mereka sedang bertamu ataupun saat akan pulang. Sepertinya Abah dan Ummi Nadira takkan membiarkan tamunya datang dan pulang dalam kondisi perut kosong 

"Sibuk banget ya di sini," gumam Afifah sambil tersenyum simpul tatkala tak ada yang melakukan interaksi satu sama lain.

Tak ingin terlihat pengangguran, Afifah berjalan mendekati salah satu Abdi ndalem yang tengah memasak sayur sop untuk bertanya apa yang bisa ia bantu.

"Mbak,"

"Iya Mbak Fifah, kenapa?" tanya mbak yang sedang Afifah hadapi ini.

"Mbak, aku pingin bantu-bantu. Tapi bisa bantuin apa ya?"

"Astaghfirullah, gitu aja musti nanya. Ya itu, potong cabe atau kupas kulit bawang kan bisa," sahut Intan diakhiri decakan sinis saat gadis itu tengah menyapu, tapi sedetik setelah itu ia mendapatkan lemparan kulit pisang oleh mbak abdi ndalem lainnya yang akan membuat pisang goreng.

Pluk!

"Loh? Kenapa nih, Mbak Is?" tanya Intan tak terima.

"Yang sopan sama istri Gusnya!" tegur Mbak Is yang seketika merubah raut wajah Intan.

"Istri Gus? Gus siapa, hah?" tanyanya dengan nada mengejek sambil berkacak pinggang dan menatap mbak Is.

"Gus Amar,"

Mendengar nama suaminya disebut membuat Afifah malu sendiri lalu diam-diam menyingkir ke mbak-mbak lainnya yang tak mengingatkan ia pada pria itu sebab namanya tak terus dikatakan.

"Ng—" Intan menatap ke arah Afifah balik yang malah sudah pergi. "Nggaklah, gak mungkin banget!" sangkalnya.

Afifah yang tengah dibicarakan ini sekarang sudah duduk bersama mbak-mbak yang mengisi wadah-wadah cantik dengan banyak jenis makanan lezat yang nantinya akan diletakan di meja panjang ruang tamu agar para tamu mudah saat mengambilnya.

"Kamu ke sini deh! Aku kasih tahu sesuatu," suruh Mbak Is agar Intan mendekat.

Intan meninggalkan sapunya lalu mendekati Mbak Is agar informasi lawak ini mendapat kejelasan. "Mbak Is becanda, kan?" tanyanya.

Ning Kecilku √ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang