06. Menyendiri

46.6K 6.4K 221
                                    

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Setelah mengantarkan Ning Uli ke asrama Khadijah, Afifah pamit ke mbaknya untuk jalan-jalan sendiri guna melihat perkembangan yang telah terjadi di pesantren Abinya ini.

Tujuan pertamanya jalan-jalan ini adalah melihat bangunan-bangunan baru yang belum lama ini selesai dibangun. Ada juga yang tengah di bangun namun hanya ada beberapa kakang pondok yang mengerjakannya, mungkin karena besok sudah puasa para kuli bangunan asli di liburkan sementara.

"Mau di buat lantai berapa ini ya?" tanyanya pada diri sendiri sambil mendongak melihat lantai paling atas.

"Sampean santri kilatan ya?" Seorang wanita bertanya padanya sambil menyentuh pundaknya beberapa detik.

Afifah balik badan sambil menggeleng. "Bukan,"

"Loh? Terus sampean siapa? Nggak pernah liat tuh aku wajah-wajah kayak sampean?" tanya wanita tadi yang mempunyai nametag Nindi Maesarah.

"Aku Fifah, Mbak. Adik mbak Elsa," jawab Fifah memperkenalkan diri.

"Mbak Elsa? Elsa siapa?"

"Mbak Elsa Safira,"

"Loh, kok kayak nama Ning Elsa. Sampean adik Beliau?"

Afifah mengangguk yang langsung membuat mata Nindi membulat sempurna.  "Aduh, maaf Ning. Maaf, nggak tau aku kalo Ning-nya udah balik dari pondok," Nindi langsung sungkem dengan Afifah yang membuat gadis 16 tahun itu memundurkan tubuhnya sambil buru-buru menyembunyikan tangannya ke belakang punggung.

Afifah terkekeh kaku sambil sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan untuk beberapa detik sebab ia tak pantas mendapatkan perilaku seperti itu. Ia merasa bukanlah seseorang yang bagus budi pekertinya, bukan pula seorang ahli ilmu sampai membuat wanita yang lebih tua darinya harus sungkem padanya yang tidak ada apa-apanya ini.

Nindi terkekeh kaku juga sambil mencium tangannya yang tadi sudah berhasil menyambar tangan Ningnya. "Sampean mau ke mana, Ning?" tanyanya sambil sedikit menegakan badannya.

"Jalan-jalan doang,"

"Mau di temani atau—"

"Oh nggak usah, Mbak. Bisa sendiri kok," Afifah tersenyum malu. Lalu menunjuk belakangnya dengan jari jempol. "Ya udah Mbak, kalo gitu aku jalan-jalan dulu, assalamualaikum." pamitnya lalu  balik badan setelah salamnya di jawab Nindi.

~~~

Karena ingin melihat bagaimana lingkungan hidup istrinya dulu, Gus Amar keluar dari ndalem untuk memperhatikan sekitar yang terdengar banyak santri yang tengah ngaji Quran di temani Gus Zain.

"Pondok salafi modern ya Gus, ini?" tanyanya saat melihat cowok seumuran Afifah melintas tak begitu jauh darinya memakai baju putih abu-abu.

Ning Kecilku √ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang