13. Kesalahan

37K 4.7K 537
                                    

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

21 hari kemudian ....

Pria dewasa yang tak lagi lajang itu saat ini tengah berada di teras atas depan kamarnya. Ia yang sudah sangat merindukan kekasih hati hanya bisa memperhatikannya diantara banyaknya santriwati yang akan pamitan pulang ke Abah Kyai dan Ummi sebab idul Fitri akan tiba kurang beberapa hari lagi.

Pria tadi yang tak lain Gus Amar lah orangnya, hanya bisa menurunkan rendah setiap ujung bibirnya, sebab sudah lama sekali ia tidak mengobrol dengan Afifah lagi sejak malam ulang tahun gadis itu. Bukan tanpa alasan, melainkan karena ia hampir melewati kejadian yang tak seharusnya.

Flashback On

Mendapat panggilan lagi dari Gus Amar setelah kilatan malam selesai, Afifah dengan berat hati menyanggupinya seraya mengajak Amin untuk pergi ke ndalem juga sebab ia tak mau kejadian kemarin terulang dan di tuduh macam-macam.

Di lain sisi mengingat ini adalah salah satu ajakan yang menyenangkan, membuat Amin sulit menolaknya. Tapi tadi ia sudah minta maaf terlebih dahulu kepada Allah untuk tidak tadarus sejenak, sudah rindu Gus Amar katanya.

"Gus Amar kok manggil kamu terus ya, Pi? Gak biasanya banget tauk," ujar Amin.

"Gak tau,"

"Apa jangan-jangan Gus Amar kesepian?"

"Gak tau juga. Di panggil ya datang aja sih aku mah." Afifah mengedikan bahu tak acuh.

Sementara itu, kondisi dan posisi Gus Amar sendiri tengah berada di kamarnya dengan tubuh yang dililitkan selimut tebal sebab ia masuk angin setelah melewati perjalanan pulang dari mall tadi.

Macet lah penyebabnya bisa sampai seperti ini. Daya tahan tubuhnya melemah disaat berpuasa di tambah terlalu lama terpapar AC beraroma Stella jeruk. Selain itu juga akhir-akhir ini ia memang terlalu banyak menyimpan beban pikiran yang tak seharusnya dipikiran.

Seperti ... apa saja yang harus ia lakukan ketika berumah tangga dengan Afifah besok, apakah gadis itu mau menerimanya dengan lapang dada, apakah Afifah juga mau bercinta dengannya yang sudah tua, dan gaya apa saja yang akan ia gunakan dalam pembuatan anak kelak. Tapi tentu saja masih banyak hal lainnya tentang Afifah yang lebih baik dipendam sendiri daripada diutarakan secara gamblang.

Merasa mendengar suara derap langkah kaki di teras depan kamar, Gus Amar bangkit seraya menjepit selimut di bawah dagunya dengan kedua tangannya. Ia pun kemudian berjalan menuju pintu dengan langkah gontai.

Ceklek.

"Ning ...," panggilnya mendayu dengan bibir yang sedikit di majukan. Niat hati ingin mendapat perhatian tapi istrinya malah membawa teman. Ah, menyebalkan.

Afifah sendiri menatap pria di depannya dengan mengernyit bingung, sebab Gus Amar berpenampilan sok imut malam ini.

Gus Amar yang menyadari tatapan Afifah itu langsung melepaskan selimut dari tubuhnya dan berusaha menampilkan ekspresi biasa saja walau susah sebab wajahnya terasa kaku.

Ning Kecilku √ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang