23. Bersambang

34.5K 4.8K 605
                                    

Kupersembahkan double up ini untuk kalian yang rajin vote dan komen

Terima kasih dan salam hormat

🙇

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Sembari menyetir motor, Afifah berdecak malas sambil menoleh kanan kiri dengan sabar, sebab motornya Ibu Inah tidak bisa melaju cepat dan sedikit membuatnya malu ketika terlalu banyak mata yang memandanginya karena hal ini.

Wush!

Motor cepat baru saja menyalipnya sampai membuatnya mengelus dada beberapa kali. Mau mengeluh tapi sangat tak tahu diri, mau meninggalkan motornya di jalanan dan ganti naik angkot saja, tak mungkin, pikirnya.

"Ya Allah, Neng. Mending naik sepeda Bapak aja sini, itu motor lama amat jalannya, kayak sapi bawa gerobak," celetuk Bapak-bapak yang baru akan berangkat ke kebun.

Afifah terkekeh sambil menggeleng, menolaknya dengan halus. "Nggak, Pak. Makasih. Mari."

"Hati-hati ya!" seru Bapak-bapak tadi.

Afifah mengangguk sambil tersenyum simpul. Ia kemudian dengan kesabaran besarnya terus berusaha mengegas motor supaya cepat jalannya.

Kurang dihadiahi Alfatihah nih motor sampe mutung jalan cepat.

Afifah pun lantas membaca Alfatihah mengharapkan pertolongan dan bantuan Allah agar kendaraan yang ia gunakan ini memberi banyak manfaat dan juga segera sampai di tempat tujuan tanpa kendala apapun.

Sementara itu di ndalem sendiri, Gus Amar tengah tidur siang di dalam kamarnya karena kelelahan setelah bepergian jauh. Ia juga membiarkan Afifah untuk istirahat di asrama sebelum nantinya akan ia repot kan dengan banyak hal sebagai alat pendekatan suami ke istrinya.

~~~

Pukul 15:00 Afifah masih saja di jalan namun sudah dekat dengan pendopo kabupaten Pringsatus- tempat Amin. Dan mengetahui jika tak lama lagi adzan Asar dikumandangkan, ia memilih melipir sebentar ke masjid yang ada di pinggir jalan. Terlihat di anak tangga masjid banyak anak muda seumuran yang mungkin juga ingin menunaikan salat Asar.

Ia dengan langkah pede berjalan mendekat ke tempat wudhu wanita yang otomatis melewati gerombolan pemuda tadi. Namun diluar perkiraan, kebanyakan dari mereka malah menghadang jalannya dengan smirk jahat.

"Cantik amat, Neng," ucap pemuda yang paling tua diantara kawan-kawannya.

"Mau dong NO WhatsApp-nya," pemuda lainnya menyodorkan ponsel ke arahnya.

"Udah ada pacar belum? Pacaran one night yuk!" ajak yang lainnya setelah mereka yang berjumlah 5 orang mengelilingi Afifah.

"Hush hush, minggir!" usir Afifah dengan tampang ketus agar ia tidak terlihat lemah dan ketakutan yang nantinya hanya akan membuat mereka merasa kesenangan.

Ning Kecilku √ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang