21. Mengganggu

37.3K 4.9K 755
                                    

TOLONG JANGAN BERKATA-KATA KASAR‼️

VOTE DAN KOMEN YA‼️

VOTE DAN KOMEN YA‼️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


===

Malam ini tepatnya pada pukul 12 lebih, keluarga Afifah akhirnya sudah kembali lagi ke ndalem. Afifah yang capek pun dengan langkah dan mata berat menuju ke kamarnya namun tak langsung pergi tidur, sebab tadi ia belum sempat melaksanakan shalat Isya saat di sana.

Setelah ambil wudhu, Afifah menutup kembali pintu kamar mandi dan bergegas mengambil mukenanya yang tergantung di belakang pintu.

"Andai bukan karena didasari cinta, ibadah pasti akan terasa berat." gumamnya sambil mengenakan pakaian shalatnya itu.

Tok, tok, tok ....

Afifah langsung membuka pintu yang ada di depannya karena tak mau membuat orang diluar menunggunya terlalu lama.

"Mau shalat?" tanya sang tamu tadi sambil menyandarkan sebelah tangannya ke pintu.

Afifah mengangguk.

"Minggir," usir tamu tadi yang tak lain Gus Amar orangnya.

Afifah sedikit memberi jalan masuk untuk pria itu ikhlas tidak ikhlas. "Mau ngapain, Gus? Ih buruan ya? Fifah mau shalat terus tidur nih soalnya,"

"Aku imami dan lanjut keloni, mau?"

Afifah mengangkat tangannya dan bersiap mengepelak Gus Amar, tapi pria itu terlebih dahulu menghindar. "Eits, batal loh nanti,"

"Fifah tuh mau menghadap Gusti Allah, Gus Amar jangan ganggu deh. Nggak konsen nanti," omel Afifah. "Lagian tadi Fifah juga liat, kalo Gusnya udah shalat Isya di sana," sambungnya.

"Iya sih." Gus Amar mengangguk membenarkannya sambil pergi ke ranjang Afifah. "Ya udah shalat sana! Aku temenin di sini." Ia lantas duduk di tepi ranjang.

Afifah menatapnya malas sambil berjalan ke tempat biasanya ia melakukan ibadah wajib ini. Sementara Gus Amar yang tak ingin berpikir neko-neko saat istrinya sedang menghadap Tuhan memilih menyibukkan diri dengan menghitung uang yang akan ia berikan pada gadis itu sebagai THR. Ia tidak mau menyebutnya nafkah selama hubungan badan belum pernah dilakukan.

Seratus, dua ratus, tiga ratus -... Sembilan ratus, sejuta.

"Pas." gumamnya ketika ditangannya saat ini menggenggam uang berwarna merah itu yang kemudian ia letakkan di atas ranjang secara acak.

Dirasa waktu yang ia gunakan dalam menghitung uang barusan tidak cukup sampai Afifah menyelesaikan ibadahnya. Ia melanjutkan aktivitasnya dalam mengalihkan perhatian ini dengan tidur-tiduran dan melihat apa saja yang ada di dalam kamar gadis itu.

Bibirnya membentuk senyuman simpul saat melihat foto bayi yang dipastikan Afifah lah orangnya tergantung di tembok. Disebabkan rasa cintanya itu, ia mengambil ponsel untuk mengambil gambar dari bingkai tadi dari jarak jauh sekalian memanfaatkan kecanggihan teknologi.

Ning Kecilku √ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang