17. Terungkap

27.8K 3.8K 320
                                    

AYO JANGAN SIDER LAGI‼️😀

AYO JANGAN SIDER LAGI‼️😀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Afifah menarik selimutnya guna menutupi badannya seraya menoleh ke samping untuk melihat Amin yang sudah tertidur lelap. Keadaan sekitarnya sudah sangat sunyi saat ini selain di ributkan oleh suara jangkrik. Dengan sisa kesadarannya ia mulai menuju ke alam di mana seringnya keindahan dapat ditemukan dalam sana.

Sementara itu di tempat lain namun masih tetap di ndalem, ada Gus Amar yang asik bermain game dalam ponselnya. Yang ia lakukan saat ini adalah bentuk kesabarannya menunggu waktu yang tepat untuk menghampiri Afifah. Selang beberapa jam kemudian tepatnya di jam 1 malam, Gus Amar berdehem pelan menyiapkan mental sambil menyisiri rambut dengan tangannya sebelum keluar kamar.

Saat keluar kamar tangannya kembali menjinjing plastik tadi. Ia melangkah hati-hati menuju kamar istrinya yang letaknya agak tak begitu dekat dari kamar ini.

Sesampainya di depan pintu kamar gadis itu, Gus Amar meletakkan plastik tadi di bawah lalu mengetuk pelan kayu besar di depannya sampai beberapa menit kemudian, usahanya tetap tak ada hasil, tidak ada balasan dari dalam sana. Ia lalu menoleh kanan kiri memeriksa sekitar. Setelah terrlihat aman, dengan keberaniannya ia mencoba membuka pintu yang Alhamdulillah tidak di kunci.

"Ning," panggilnya saat telah berada di samping Afifah yang tidur telentang beda lagi dengan Amin yang tak diketahui posisinya karena orang itu menutup seluruh badan dengan selimut.

Afifah terbangun dan mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan matanya dengan cahaya ruangan. Saat melihat di depannya ada Gus Amar ia langsung loncat.

Ketakutannya bertambah parah malam ini. Jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Kali ini ia sungguh takut jika tak hanya pelecahan ringan saja yang bakal pria itu lakukan padanya, parahnya ia akan diperkosa.

"JANG—!"

"Tenang, aku tidak akan menyentuhmu saat ini," pria itu segera memotong ucapannya.

"BOH—!"

"A-aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku, tenanglah, kumohon," pinta Gus Amar serius.

"Janji?"

"Janji," Gus Amar mengangguk mantap.

Afifah menatap Gus Amar takut sambil meremas tangannya resah. Ia lalu menoleh ke arah temannya yang tak bergerak sama sekali. "Min, Amin," panggilnya pelan. "Amin banguuun," tak ingin dalam posisi ini, Afifah bersiap pergi membangunkan Amin.

"Berilah aku sedikit waktumu,"

Gadis itu tak melanjutkan niatnya tadi, ia malah memberi atensi pada Gus Amar lagi.

"Ikutlah aku!" ajaknya tentu mendapatkan penolakan dari Afifah.

Afifah masih takut dengan Allah.

Tak ada cara lain saat ini selain cara yang akan Gus Amar perbuat sedetik lagi. Pria itu lalu mengambil ponselnya dari saku dan menyetel sebuah video yang akan diperlihatkan pada Afifah. "Lihatlah ini," ia menyodorkan barang pipihnya tadi.

Ning Kecilku √ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang