08. Ngabuburit

40.3K 5.2K 404
                                    

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

"Fifah berangkat dulu, Ummah," pamit Afifah pada Ummahnya sambil bersalaman, kemudian gantian ke Abinya diikuti Gus Amar setelahnya.

"Hati-hati ya, Nduk." balas Ummah sesaat sebelum putrinya masuk ke dalam mobil.

"Injih." Afifah mengangguk lemah sambil membatin untuk menenangkan dirinya sendiri.

Bismillah ... maaf ya Ya Allah, sekali ini aja deh Fifah nakal, besok-besok nggak kok.

Pukul 04.35 sore ini Gus Amar dan istri kecilnya mulai pulang kembali ke Albasyari. Mereka bisa berangkat di jam segini sebab tadi Afifah di suruh menunggu Ummahnya selesai memasak banyak makanan terlebih dahulu yang nantinya akan di bagikan ke sebagian keluarga ndalem dan mbak-mbak kamarnya.

Tak enak juga pulang-pulang hanya membawa makanan ringan dari swalayan, tanpa ada nasi yang bisa mengenyangkan perut.

"Berangkat dulu, Bi. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

~~~

Di dalam mobil ketika kendaraan yang mereka berdua kendarai telah melesat ke jalan raya, Gus Amar sesekali mencuri pandang ke Afifah yang duduk di jok tengah sembari melamun menatap jalanan ramai. Dalam hati ia bersorak senang sebab akhirnya Ramadhan kali ini sudah ada yang menemani walau hubungannya juga masih harus di rahasiakan sampai datangnya waktu cukup tepat untuk di publikasikan.

"Bosen," lirih Afifah tak tertarik akan apa yang ada di luar mobil.

"Mau ngobrol?" tanya Gus Amar menawarkan diri untuk berbicara banyak hal.

Afifah menggeleng sambil menggeser posisi duduknya ke seberang kiri jok.

Gus Amar yang orangnya juga bukan tipe suka banyak omong hanya mengedikan bahu sambil memperlambat laju mobilnya sebab sekarang ini ia berada di depan pasar yang sudah banyak pemuda-pemudi pemburu takjil.

Berada di situasi ini terlintas lah sebuah ide cemerlang yang akan sangat jarang ia bisa melakukannya lagi ketika telah di pondok nanti. Dengan bakatnya dalam hal membawa mobil, ia menjalankannya menuju tempat parkir yang berada di pasar ini.

Afifah mengerutkan dahi sambil melirik Gus Amar. Bingung akan apa yang sebentar lagi pria itu lakukan. Namun belum sempat ia mengalihkan lirikan matanya itu, Gus Amar tiba-tiba memutar badan ke arahnya yang tentu membuat mata mereka saling tabrakan satu sama lain.

"Turun! Kita cari takjil," suruh Gus Amar dengan tatapan intens.

"Rest area?"

Ning Kecilku √ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang