2. LION GENG

197K 10.4K 512
                                    

Stop Comparing Your Self With Other People.
Kamu hebat dengan cara kamu sendiri. Tidak peduli seberapa banyak yang membaca dan menyukai tetaplah menulis, karena menulis hanya pelampiasan, tapi itu lebih baik daripada memendam perasaan.


Follow Instagram baru aku
@monicafenii
@wp.uchihacia

Follow juga tiktok aku
@uchihacia_

Di koridor yang menghadap langsung ke lapangan basket Alfa menghentikan sejenak langkahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di koridor yang menghadap langsung ke lapangan basket Alfa menghentikan sejenak langkahnya. Manik matanya menatap jauh ke bawah ring dimana teman-temannya sedang bermain bola. Kebiasaan mereka setiap pagi atau saat jam kosong berlangsung.

“Woi Alfa buruan ke sini elah lama amat lo!” teriak salah satu dari mereka.

Dengan gaya bak model yang sedang berjalan di Red Carpet, Alfa menghampiri teman-temannya lalu merebut begitu saja bola yang sedang Ben mainkan.

“Bola gue, Monyet!” umpat Ben—anggota inti Lion yang terkenal paling polos dalam urusan berpikir, namun paling bar-bar itu menatap sengit ke arah Alfa yang seenaknya merampas bola kesayangannya.

Alfa berbalik, tersenyum miring setelah bola basket yang ia lempar berhasil masuk ke dalam ring dengan mulus.

“Nggak usah ngambek muka lo gak pantes buat marah.”

Ben berdecak tanpa menjawab. Cowok dengan wajah paling gemoy di antara anggota inti Lion itu mendekati Adit. Wakil ketua Lion yang terkenal pendiam, namun sekalinya di medan perang bisa sangat beringas mematikan. Selain itu Adit juga terkenal paling serius dan jarang ketawa. Buset, boro-boro ngakak, senyum aja pelitnya minta di cium.

“Eh, si Bos baru dateng. Habis maen berapa ronde cuy?” goda Ervans cengengesan.

Anggota inti Lion yang terkenal playboy sebelas duabelas sama seperti ketuanya itu baru saja ttp di kelas IPA yang terkenal cantik-cantik ceweknya.

“Kali ini maen sama anak mana?” tanya Bagas tidak mau kalah. Anggota inti Lion yang paling tajir melintir tapi kelakuan mirip orang miskin itu mengunyah roti bantal di tangannya cepat.

“Diem lo, kambing! Gak usah pada bacot. Mau gue bantai?!” tanya Alfa dengan wajah sangar.

Adit hanya diam menonton. Hitung-hitung melihat ketuanya dibully oleh sahabatnya cukup menjadi bahan hiburan untuknya.

“Muka elit pacar sulit hahahhaa...” ejek Ben. Cowok gemoy dengan seragam sekolah paling rapi di antara sahabatnya itu berdiri, lalu merampas kembali bola basketnya dari tangan Alfa secara kasar.

“Sial!” umpat Alfa kemudian menunjuk seluruh teman-temannya. “Dua lawan dua.”

Sebelah alis Ervans terangkat. “Pemenangnya?” tanyanya to the point.

ALFA Where stories live. Discover now