Bagian 9 - Pillow Talk

718 478 308
                                    

Bagi orang yang tertutup
Saat dia bisa bicara dan cerita apa saja denganmu
Itu artinya kau segalanya

______________________________________

Enjoy 📖

______________________________________

Lama Emi memperhatikan ponsel milik sahabatnya itu bergetar. Hingga akhirnya ia memustuskan untuk meraihnya, membalik ponsel itu dan memperhatikan siapa nama yang tertera pada layarnya.

Anak Monyet?

Siapa orang yang Aland namai kontaknya sebagai anak monyet? pikir Emi bingung. Lama ia menatap layar ponsel itu hingga dikejutkan oleh kedatangan Aland.

"Kenapa?" tanya Aland. Duduk di kasur tepat di hadapan Emi.

"Hah?" sahut Emi.

"Siapa yang nelfon HP Aland?" tanya Aland memperjelas.

Tangannya bahkan tidak mau merampas ponsel itu dari genggaman Emi tanpa seijin sahabatnya itu.

"Aku gak tau," balas Emi. Lalu ponsel itu ia letakkan di atas paha Aland.

Aland spontan mengalihkan pandangnya dari sahabatnya itu lalu memperhatikan layar ponsel miliknya. Membaca nama yang tertera di layar, membuat Aland bereaksi mengangkat sebelah alisnya.

Si Adit.
Ngapain telfon-telfon sih?
Si Monyet ada-ada aja.

Pikir Aland.

Segera panggilan itu ia angkat.

"Napa Dit?" ucap Aland bersuara.

"Land! lo gak kenapa-napa kan?!" sahut Adit dari seberang.

"Ya gak papa. Emang gua kenapa?" Aland malah bertanya balik.

"Yah lo gimana sih! kita-kita khawatir lah. Kali aja lo bunuh diri di atas tadi," cerocos Adit.

"Pala lo nyet! ngapain juga?!" ucap Aland tak terima.

"Ya siapa tau. Soalnya lo gak turun-turun sih tadi sampai kita-kita pulang lo gak keliatan nyet!" balas Adit di seberang telfon.

"Lebay lu!" cerocos Aland balik.

"Tai lu!!" balas Adit. "Dah ah! gua matiin. Ganggu aja lo nyet nelfon-nelfon gua!" lanjut Adit.

"Lah elu yang nelfon tolol!!" maki Aland kesal.

"Eh iya ya, dah ah! monyet lu!" Balas Adit. Kemudian mematikan sambungan telfon mereka.

Bikin kesel aja ni bocah!

Pikir Aland.

Setelah panggilan dimatikan, Aland kembali mengalihkan perhatiannya pada Emi. Mendapati gadis itu dengan ekspresi lucu seakan-akan terbengong menatap Aland sembari hendak menyuap kembali makanan ke mulutnya.

Aland lantas saja terkekeh menyaksikan itu. Handphone yang di genggamannya lantas ia gunakan untuk menggetok puncak kepala gadis itu.

"Napa hah? Si Monyet ngeselin ya?" tanya Aland, sembari tertawa-tawa kecil untuk menggoda.

Yang ditanya menjawab dengan menggeleng kecil bersamaan dengan senyumannya.

"Kalian tuh lucu ya," ucap Emi. Sejenak menghentikan suapannya, ia hanya memperhatikan makanannya sembari memainkan sendok kemudian ia kembali bersuara, "Keliatan saling maki-makian tapi pertemanan kalian makin erat, makin seru." Tangannya masih memainkan sendok yang nampak hanya mengaduk-aduk makanannya.

Aland hanya diam, tidak merespon. Ia sibuk memperhatikan dan menatap lekat manik mata sahabatnya itu.

"Aku mau nanya," ucap gadis itu dengan tatapan bersemangat.

Aland langsung mengangguk mengiakan. "Hmm, tanya apa?"

"Emang cowok suka gitu ya, makin kasar obrolannya makin erat pertemanannya?" tanya Emi, yang sukses membuat Aland terkekeh mendengarnya.

"Mungkin kali ya," jawab Aland. "Kadang kita cowok gengsi aja nunjukin secara langsung kalau kita care, ngertikan?" lanjut Aland. Tangannya bergerak menyelipkan helaian rambut sahabatnya ke balik telinga, yang jatuh mengenai makanannya.

"Emang iya?" tanya Emi lagi.

"Iya gitu deh," jawab Aland sembari menggaruk tekuknya yang tidak gatal. "Udah ah! Yang penting kan perhatian aku buat kamu terus," goda Aland dengan menaik-naikan alisnya.

Mendengar itu membuat Emi tertawa geli, kemudian ia kembali melanjutkan makannya.

"Makan yang banyak jangan peliharaan doang yang dikasih makan," cerocos Aland. Yang dibalas muka masam oleh sahabatnya itu.

"Dah abis!" balas gadis itu dengan menunjukan makanannya yang telah kosong.

"Nah gitu dong," cengir Aland. "Cup cup... ni bocah makannya belepotan amat sih," oceh Aland mendekat lalu jari tangannya mengelap bibir gadis di depannya.

Setelah selesai membereskan sisa makanan mereka. Aland dan Emily menghabiskan malam dengan menonton film di kamar itu sembari bertukar cerita. Kalian perlu tahu jika kebiasaan inilah yang selalu mereka lakukan di setiap malamnya saat Aland datang menginap selama hampir 10 tahun persahabatan mereka.

 Kalian perlu tahu jika kebiasaan inilah yang selalu mereka lakukan di setiap malamnya saat Aland datang menginap selama hampir 10 tahun persahabatan mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dimana Aland akan duduk dan bersandar pada bantal yang tersusun tinggi di kepala ranjang dengan Emily yang menyandarkan punggungnya padanya. Tangan laki-laki itu selalu setia merengkuh melingkari pinggang gadis itu dari balik selimut yang ia gunakan hingga sebatas dada. Satu hal yang selalu Emily gemari adalah memainkan jemari laki-laki itu saat ia merengkuh dirinya dan Aland menyukai saat-saat dimana ia dapat menghirup wangi tubuh gadis itu dari balik leher jenjangnya.

Aku yakin mereka mencintai setiap momennya.

"Besok di sekolah. Aland mau kamu jangan terlalu  keluar kemana-mana ya," ucap Aland. Membuat Emi mengalihkan perhatiannya dari film yang mereka tonton sejak tadi.

"Kenapa?" tanya gadis itu.

"Gak papa. Perasaan aku gak enak aja," lanjut Aland. Ia tidak dapat memendam raut gelisahnya sekarang, sangat tergambar di wajahnya.

"Kamu gak papa?" tanya gadis itu mencari kejelasan.

"Aku kuatir Javas gangguin kamu," jawab Aland jujur.

Mendengar itu membuat Emi menoleh menghadap Aland. "Bukannya Javas suka gangguin kamu?"

"Iya. Tapi sekarang dia tau kalau gangguin kamu sama aja dia gangguin aku," ungkap Aland.

_______________________________________

Bersambung

Di vote dan komen ya, jangan SIDER
Please

Semoga suka ya untuk tulisan pertamaku🤗 Makasih sudah support ya 💞

Bagi yg nanya orangtua Eminya mana? Jawabannya belum aku kasih ya nanti akan dikasih tau kok. Karna ini masih awal jd aku  mikirnya pengen bangun chemistry pemain utama dulu ya. Jadi diikutin aja terus ya ^-^

IS IT LOVE?  [On Going]Where stories live. Discover now