Bagian 23 - The Moment

276 68 186
                                    

Setidaknya hidupmu masih terus berjalan, meskipun tak tau arah dan tujuan.

_____________________________________

Enjoy 📖

_____________________________________


Gibson menghembuskan asap rokoknya yang terakhir sebelum ia mematikan putung rokok itu ke dalam asbak, lalu bergerak menilik jam tangannya.

4:09 p.m.

(anggap aja mrk sekolahnya
sampai sore ya :D)

Gibson kemudian melirik pada Javas yang duduk di sampingnya, laki-laki itu terlihat masih setia memandangi gadis yang tengah terbaring di sofa.

Gibs lantas memutar bola matanya malas, pandangannya beralih ke arah temannya Aron yang sekarang sedang meracau tidak tau diri karna mabuk berat, membuat Gibson semakin menampakan raut gusarnya saat ini.

"Cewek itu belum sadar juga?" tanya Gibson.

Javas merespon hanya dengan gelengan pelan.

Gibson menghembuskan napas kasar. "Mau sampai kapan? Bel pulang sekolah pasti udah bunyi dari tadi, gerbang bentar lagi bakal di tutup... kalau kayak gini kita bisa kekunci di sekolah!"

Javas mencoba duduk bersandar sembari memijat kepalanya yang berdenyut, ia sama sekali tidak merespon ucapan Gibs tadi.

"GUA SERET AJA NIH CEWEK KELUAR!!" geram Gibson tak sabar kemudian segera bangkit dari duduknya.

Javas sontak berdiri untuk menahan langkah temannya itu. Gibson yang melihat Javas bangkit lalu dengan cepat menahan bahunya lantas membuat laki-laki itu mengernyit heran.

"Lo mau apa?"

"Take it easy, Gibs..." ucap Javas mencoba menenangkan temannya itu.

Gibson mengangkat alisnya, menatap tajam Javas yang sedang menepuk pelan bahunya. Apa yang coba Javas lakukan... mencoba membujuknya? Demi perempuan itu? Oh, laki-laki itu pasti sudah gila!

Gibs sontak mendorong sebelah bahunya untuk menepis tangan Javas yang bertengger di sana. Melihat itu Javas langsung menghembuskan napas pelan. Ia paham temannya itu sudah teramat kesal. Javas begitu mengenal Gibs, temannya itu memang agak keras kepala dan paling benci jika harus menunggu sesuatu yang tidak penting baginya.

"Kalian boleh cabut duluan... Emily, biar gue yang nunggu dia di sini sampai dia bangun," ujar Javas.

Gibson mencerna perkataan temannya itu sesaat sebelum ia menengok pada anak-anak Basecamp lain seakan meminta pendapat setelah mendapat beberapa anggukan dari mereka, Gibs beralih pada Javas.

"Lo yakin bisa nemu jalan balik kalau gerbang dikunci?" tanya Gibson.

Javas hanya mengangguk singkat.

"Terus, cewek itu gimana?" balas Gibs mengedikkan dagu ke arah Emi.

Javas melirik singkat pada gadis itu, "Gua yang urus."

Javas kemudian merogoh saku celananya mencari kunci mobil miliknya setelah menemukan benda itu, ia lantas melempar kunci mobilnya ke arah Gibson yang langsung dengan sigap ditangkap oleh temannya itu.

IS IT LOVE?  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang