Bagian 20 - Tentang Cika Dan Aland

255 105 111
                                    

Kalau cape bilang, biar dia juga tau diri.

_____________________________________

Enjoy 📖

_____________________________________

WARNING! 16+
(Bijaklah dalam membaca.)

"The number you are headed is not active or is outside the range of area. Please try again later..."

Ketika mendengar yang menyahut bukanlah suara gadis yang ia cari-cari sedari tadi tetapi melainkan suara operator, membuat Aland memutuskan panggilannya.

Lama kemudian laki-laki itu menunduk dalam sembari memejamkan matanya lalu menghembuskan napas pelan.

Berkali-kali Aland telah menelfon gadisnya dan berkali-kali pula panggilan itu tak dijawab. Aland lantas mengusap wajahnya kasar lalu mendesah putus asa.

Pikiran laki-laki itu berkecamuk sekarang. Tidak biasanya gadis itu melewatkan panggilannya, apalagi di jam-jam seperti ini. Apa sahabatnya itu sedang kebetulan tidak membawa ponselnya? Tebak Aland.

"Woy!!! Ngapain lo?" tegur Angga pada Aland yang tengah berada di pojok lapangan.

Aland lantas menoleh ke arah teman satu timnya itu selagi ia menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku celana.

"Hmm..." balas Aland singkat sembari mencoba meredam raut frustasinya.

"Ngapain lo mojok bro? Yang lain udah mau cabut ke ruang latihan, katanya pelatih mau ngasih pengarahan buat Turnamen nanti," ucap Angga memperhatikan gerak-gerik temannya itu.

"Iya... Gue cuma lagi ngehubungin Emi, pengen kasih tau dia kalau hari ini gak bisa pulang cepet karna ada pengarahan," jelas Aland namun pikirannya masih menerawang entah kemana.

Angga mengamati ekspresi laki-laki itu sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Terus?" tanya Angga heran.

"Tapi dia gak angkat. Dia biasanya gak gitu," tutur Aland, mencoba menyembunyikan nada kecewanya.

"Emang terakhir lo ketemu Emi di mana?" lanjut Angga.

"Di Perpus."

"Land..." ujar Angga sembari menepuk bahu temannya itu. "Dia gak papa, gak mungkin ada yang gangguin dia di Perpus. Lo tau sendiri di sana ada si Nenek Sihir Beti kan," lanjutnya.

Aland mengangguk pelan menanggapi itu.

"Good. Udah ah, yuk cabut! Ntar Pak Pelatih ngamuk lagi kita telat, apalagi sama lo yang sering bolos pengarahan dari dia," ajak Angga pada Aland seraya menarik bahu teman satu timnya itu untuk segera menuju ruang latihan.

🦋🦋🦋

Javas tersenyum dengan matanya yang berkilat menatap ke arah Emily. Ia mengambil duduk pada kursinya setelah sebelumnya laki-laki itu menonaktifkan ponsel gadis yang masih berdiri mematung di hadapannya itu.

"Duduk, manis... jangan berdiri," tegur Javas pelan.

Sejenak Emi dapat bernapas lega setelah Javas memutuskan untuk tidak menjawab telfon dari Aland. Namun kemudian gadis itu harus ditarik paksa untuk kembali pada kenyataan saat ia tersadar bahwa laki-laki yang duduk di hadapannya ini sekarang bebas untuk meminta apapun yang dia mau darinya.

Ya Tuhan! Apa ia telah menjanjikan sesuatu pada orang yang salah?

"You said you would do whatever I wanted..." ujar Javas sengaja memelankan suaranya. "Gue cuma minta lo duduk," lanjutnya.

Emi lantas duduk menuruti permintaan laki-laki itu. Melihat Emily yang sontak menjadi begitu penurut padanya jelas saja membuat Javas tak henti untuk menerbitkan senyumnya.

Javas kemudian menarik kembali gelas kaca tadi lalu menuangkan whisky ke dalamnya hingga penuh.

"Kali ini harus diminum... gue gak suka minuman kesukaan gue ditolak gitu aja," sindir Javas, seraya menyodorkan gelas itu pada Emi.

Gadis itu menatap sendu ke arah Javas sebelum akhirnya ia menurut lalu perlahan meraih gelas dari tangan laki-laki itu.

Emily menutup matanya reflek kemudian menegak habis minuman itu. Gadis itu sontak mengernyit merasakan panas dalam tenggorokannya terasa menjalar hingga hidung dan telingannya lalu kemudian berganti dengan sedikit rasa pahit tertinggal di lidahnya. Sungguh sebuah sensasi yang baru pertama kali ia rasakan.

Javas terkekeh melihat itu, "Good girl..." gumamnya.

Sebelum gadis itu meletakkan kembali gelas ke atas meja, Javas dengan cepat menjulurkan tangannya menginsyaratkan untuk memberikan gelas itu padanya.

"Jadi..." ucap Javas, sambil menuangkan botol whisky lalu menegaknya melalui gelas yang sama. "Apa Aland beneran cuma nganggap lo sahabat? Ya karna semua orang di Gaston juga tau kalo Aland sama Cika kan punya hubungan."

"Ya, Cika is hot! Dia pernah bilang kalo dia bakalan relain tubuhnya demi bisa tidur sama Aland," sahut Aron diiringi kekehannya.

"Dia bilang gitu ke lo?"

"Dia pernah tidur sama Aland?"

Javas dan Gibson merespon bersamaan, terdengar nada sedikit terkejut dari kedua laki-laki itu, sedangkan Emi hanya menunduk dalam sembari mendengarkan.

Aron melirik singkat ke mereka berdua. "Ya... dia bilang ke gue, cuma gue gak tau dia udah pernah tidur sama Aland atau nggak."

"Kalau lo Cupu! Lo pernah tidur sama Aland?" pertanyaan itu dikoarkan oleh salah satu anak Basecamp di sana.

Javas otomatis melirik pada gadis di depannya, seakan tertarik untuk melihat bagaimana reaksi gadis itu.

Mendengar itu membuat Emi mengernyit tidak suka lantas dengan cepat ia menggeleng merespon itu.

"Tapi lo suka kan sama dia?" sambar Javas kemudian.

Laki-laki itu menunduk sambil memainkan gelas kaca di hadapannya, ia memutar-mutar pelan gelas itu menunggu jawaban dari Emily.

"Bukan urusan kamu," jawab Emi singkat.

Jawaban gadis itu cukup mengganggu di telinga anak Basecamp lainnya. Tidak ada yang berani menjawab selancang itu pertanyaan dari Javas sebelumnya, kecuali Aron dan Gibson yang merupakam teman dekat Javas sendiri. Tapi gadis ini benar-benar tidak tau diri! Pikir mereka.

Javas merespon dengan mengangguk pelan selagi tersenyum santai.

"Iya Si Cupu bener, bukan urusan kita. Kita di sini buat party!!" seru Javas sambil mengangkat botol beer-nya. "Angkat botol kalian!! Kita have fun hari ini!!!"

"Wowwww!!!"

Sahut seluruh anak Basecamp sembari ikut mengangkat botol beer mereka lalu menegaknya bersamaan.

Di detik berikutnya, dari ujung matanya Javas dapat melihat Becca masih setia duduk di ujung ruangan itu.

"Ron,"

"Ya..." jawab Aron.

"Cupu satunya gak kebagian minum," ucap Javas memberi kode pada Aron seraya menyodorkan sebotol bir.

Mengerti akan apa yang Javas perintahkan, Aron meraih botol bir itu lalu melangkah menghampiri Becca dengan senyum meremehkan.

Aron berjongkok kemudian menyodorkan botol itu. "Minum, atau lo gue telanjangin!!"

_____________________________________

Bersambung

Terimakasih telah mampir :)
Vote & Coment untuk next part ya

Spoiler dikit, di pert-part berikutnya kemungkinan akan aku kasih Rate 18+ karna akan ada sedikit unsur pelecehan di sana.

HAVE A NICE DAY 🌞 SEE U SOON 🤍

IS IT LOVE?  [On Going]Where stories live. Discover now