Bagian 16 - Biarkan Aku Pergi

379 192 213
                                    

Aku harap dunia ini bisa menjadi tempat yang nyaman untuk orang-orang baik di luar sana.

_____________________________________

Enjoy 📖

_____________________________________


Detik itu juga Emily merasakan napasnya tercekat, gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat saat Aron melangkah mendekatinya.

Tangan Aron naik mencengkram dagu gadis itu untuk menatap ke arahnya.

Sedangkan Emily sekarang sedang berusaha keras untuk bisa menatap balik mata laki-laki itu tanpa memperlihatkan raut ketakutan di wajahnya.

Aron menunduk untuk mengamati paras Emily dari dekat lalu kemudian ia terkekeh pelan. "Not bad," ucapnya.

Ibu jari Aron bergerak sangat pelan untuk mengelus dagu gadis itu.

"Aland dari dulu emang gak pernah dapat cewek yang buruk," lanjut Aron mengakui hal itu.

Namun tiba-tiba tangan Aron yang sedari tadi berada di dagu Emily ditarik turun oleh Gibson yang ternyata telah berada tidak jauh di sampingnya.

Gibson menatap intens ke arah temannya itu dengan menampilkan raut dingin di wajahnya. Lalu kemudian Gibs berdecak pelan sebelum angkat bicara.

"Tugasnya cuma bawa dia ke Basecamp tanpa ada masalah," jelas Gibs.

"Arghh...!" Aron mendengus kesal. "Just give me time!" seru Aron keras kepala kemudian menepis pegangan Gibson dari lengannya.

Gibs menarik napas dalam. "Lo tau kan urusannya akan jadi panjang kalau lo bikin kegaduhan di sini Ron," ucap laki-laki itu memperingati.

"Tenang aja Gibs, gak akan ada masalah. Gak ada siapa-siapa di sini selain kita," ujar Aron santai seraya menepuk pelan bahu temannya itu. "Gue cuma pengen main-main sebentar," lanjutnya.

Aron lantas mendekat ke arah Gibson kemudian berbisik pelan di samping telinganya.

"Cewek ini lumayan cantik," bisik Aron pelan diikuti seringaiannya lalu kemudian ia kembali menatap gadis yang sedari tadi duduk di depannya.

Mendengar perkataan Aron membuat Gibson hanya dapat menatapnya datar dalam diam setelah itu ia melirik singkat pada Emily, memperhatikan gadis itu dari atas hingga bawah dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Aron berjongkok di hadapan Emily yang sedang duduk di depannya untuk menyamakan tinggi mereka. Laki-laki itu kemudian tersenyum miring.

"Jadi lo ceweknya Aland?" tanya Aron singkat.

Emily hanya bergeming tanpa berniat menjawab sekalipun. Namun bahunya tiba-tiba didorong oleh laki-laki yang sedari tadi berdiri di belakangnya, seakan memaksa gadis itu untuk menjawab pertanyaan Aron.

Emily menggigit bibir bawahnya kuat lalu menggeleng lemah.

Aron mengangkat kedua alisnya. "Sahabatnya?" tanyanya lagi.

Emily kemudian hanya dapat menatap mata Aron singkat lalu kembali menunduk. Gadis itu benar-benar merasa sangat katakutan sekarang, sungguh ia ingin sekali pergi dari tempat ini.

Aron tertawa sarkastik. "Sahabat... bullshit! Ditawar berapa lo sama Aland?" tanya Aron dengan lancangnya.

Seketika tatapan gadis itu melebar, masih tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

Aron membalas tatapan itu dengan santai. "Udah tidur berapa kali sama Aland?" tanyanya lagi.

PLAK!!!

Tamparan keras melayang di pipi kiri Aron. Emily tidak terima dengan kalimat laki-laki itu barusan yang terkesan sangat merendahkannya.

Namun di detik berikutnya gadis itu tidak percaya dengan apa yang barusan ia lakukan, ia menatap telapak tangannya sendiri yang tengah gemetar sekarang.

Becca menutup mulutnya dengan kedua tangan betapa sangat terkejutnya ia menyaksikan Emily berani menampar seorang Aron Anggara Kenzie, salah satu siswa berpengaruh dan ditakuti oleh hampir seluruh orang di sekolah mereka.

Aron terkesiap mendapati perlakuan yang berada di luar dugaannya itu.

Detik itu juga Aron menatap nyalang pada gadis di depannya, rahangnya mengeras tanda ia benar-benar telah tersulut amarah.

"Jalang sialan!" maki Aron geram.

Aron sontak berdiri seraya mencengkram kuat kerah seragam Emily dengan kasar membuat gadis itu turut bangkit dari duduknya.

Telapak tangan laki-laki itu terangkat hendak melayangkan tamparannya balik pada Emily. Namun mendadak ditahan oleh Gibson, membuat Aron reflek mengumpat ke arahnya.

"Anjing Gibs!! Apa-apaan!!!" kesal Aron.

"Enough! Ini kekanak-kanakan..." ucap Gibson tegas.

"Seriously? Lo gak lihat dia tadi ngapain!!" seru Aron sembari menunjuk ke arah Emily.

Gibson hanya balas menatap datar pada temannya itu.

"Gua gak mau kena masalah cuma gara-gara ulah lo Ron," jelas Gibson.

Aron mengernyit geram ke arah Gibson. Sedangkan laki-laki itu dengan santai menghiraukannya.

Gibs kemudian melangkah melewati Aron lalu meraih pergelangan tangan Emily, menarik gadis itu untuk menjauh dari amarah temannya.

Baru beberapa langkah Gibson menggenggam pergelangan tangan Emily, tiba-tiba ia disadarkan setelah merasakan tangan gadis itu gemetar hebat, reflek laki-laki itu merenggangkan genggamannya lalu menoleh ke arahnya.

Namun yang benar saja yang Gibson dapati adalah manik mata gadis itu telah menggenang oleh air mata dan ditambah lagi dengan kedua tangannya yang bergetar hebat.

"Aku mau pergi, aku gak mau ikut kalian..." lirih gadis itu pelan untuk memohon padanya.

Demi apapun sejujurnya pemandangan itu membuat Gibson iba tapi ia juga tidak bisa melepaskan gadis ini begitu saja.

Gibs terpaksa harus membuang muka lalu tertunduk lemas untuk beberapa saat, sebelum ia dapat menarik napas dalam kemudian melempar pandang pada dua laki-laki yang sedari tadi berdiri di belakang Becca.

"Ikutin gua, kita akan lewat lorong gedung belakang untuk bisa sampai ke basecamp. Kita gak bisa lewat lapangan samping kayak biasa karena di sana akan rame untuk sekarang. Ngerti?" jelas Gibson.

Setelah mendapat anggukan singkat dari temannya, Gibson kembali melanjutkan.

"Jangan bikin gara-gara sebelum cewek ini ketemu sama Javas." Gibs memberi kode dengan menaikan tangannya ke bahu Emi.

"Dan bawa cewek itu juga," lanjut Gibs sembari menunjuk ke arah Becca.

Sontak Becca berteriak dan menggeleng. "Gak!! Gak mau... Jangan!!!"

Gibson yang telah berjalan lebih dulu sembari menyeret Emily bersamanya, mendadak berhenti dan menggeram jengkel.

"Tutup mulutnya!" perintah Gibson dengan suara beratnya.

Segera dua laki-laki itu membekap Becca lalu menyeretnya untuk mengikuti langkah Gibson menuju gedung belakang.

_____________________________________

Bersambung

Terimakasih telah membaca ^-^
Vote & Coment ya 🤍
Tunggu kelanjutan "IS IT LOVE?" di next partnya
Have a nice day 🌞

IS IT LOVE?  [On Going]Where stories live. Discover now