Bagian 25 - Menemukan Jalan

221 66 187
                                    

Terima kasihku telah jauh-jauh hari ku gaungkan pada Pemilik Semesta, mengingat betapa baiknya Dia mengirimkanku lelaki sepertimu.

_____________________________________

Enjoy 📖

_____________________________________

Emily menoleh ke sampingnya mendapati benar Javas yang sedang berjongkok tepat di sebelahnya.

Javas menatap prihatin pada gadis di hadapannya itu. "Ke sini," ucap cowok itu pelan.

Tangan Javas kemudian naik ke bahu Emily membantu gadis itu untuk mengatur posisi agar duduk bersandar pada batang pohon di belakangnya. Javas menarik kaki Emi untuk berselonjor. Lama Javas memperhatikan sekujur tubuh gadis di hadapannya itu dari kaki hingga ujung kepala, ia menangkap banyak luka di sana terutama di lutut, telapak tangan, dan siku gadis itu.

"Sakitnya dimana? Di sini?"

Tangan Javas bergerak memegang perut kiri gadis itu yang lantas membuat Emily kembali meringis kesakitan.

"Argh! Jangan di pegang," rintih Emily.

"Kalo gak dipegang gak tau dimana sakitnya," sahut Javas.

Tangan laki-laki itu kemudian menyingkap baju Emi naik lalu mengarahkan senter pada perut gadis itu, benar saja bekas kemerahan terpampang di sana. Tatapan Javas kemudian berubah sendu, laki-laki itu yakin bekas kemerahan itu esok hari pasti akan berubah menjadi lebam kebiruan, ia tahu rasa sakitnya tidak jauh berbeda dengan saat perutmu di tendang, Javas sudah sering merasakannya setiap laki-laki itu berkelahi.

"Pulang langsung di kompres air es ya," ucap Javas pelan saat menatap mata gadis itu.

Emily mengangguk mengiakan.

"Masih bisa jalan gak?"

Emi menatap sekilas mata laki-laki ini lalu kemudian menunduk sembari sebelah tangannya memegangi perut kirinya.

"Gak tau," ucap gadis itu.

"Masih tetap mau pulang?" tanya Javas.

"Iya," Emily balas mengangguk pelan.

Mendengar itu Javas menghela napas.

"Yaudah... jaketnya di pakai dulu."

Javas membantu Emily memakaikan jaket almamater milik gadis itu lalu kemudian memapah Emi untuk berjalan kembali ke jalan berbatu yang sebelumnya gadis itu lewati.

Di tengah kesunyian Emily sesekali memandang ke arah Javas tanpa laki-laki itu sadari, wajahnya nampak serius mengarahkan senter ke depan memastikan agar mereka tidak melewati rute yang salah.

"Tadi kenapa bisa ketemu aku?" tanya gadis itu memecah kesunyian.

Javas melirik singkat. "Gue ngikutin lo, ya kali gue ngebiarin cewek manja kayak lo gini jalan di hutan sendirian... yang ada ntar lo diculik wewe gombel! Atau ditelen ular hidup-hidup! Mau?"

Emi lantas cemberut sambil menggeleng lemah.

"Lagian lo tolol banget sih! Ngapain ngambil jalur kanan coba, jalan lurus yang lo lewatin tadi itu udah bener!" omel Javas.

Javas tidak kuasa untuk tidak memarahi gadis di sampingnya ini. Bagaimana tidak, Emily sungguh keras kepala jika bersamanya, apakah kepada Aland gadis ini juga seperti itu? Batin Javas bertanya-tanya. Ah! Ia pikir tidak.

"Aku gak tau," lirih Emily pelan.

Melihat gadis itu menunduk lesu membuat Javas lantas menarik napas panjang dalam sekejap laki-laki itu langsung merasa bersalah telah memarahinya. Ya... bagaimana pun apa yang sekarang gadis ini alami tidak lah lepas dari ulahnya sendiri.

IS IT LOVE?  [On Going]Where stories live. Discover now