BAB 2

66 20 49
                                    

“Segera ganti kostummu, Dik. 15 menit lagi kegiatan MOS akan dimulai.” Meski gadis itu berkata lembut dan membuat senyuman ramah di wajahnya, tatapan matanya tetap tidak berubah. Dia bertingkah baik untuk menarik perhatian Lana karena dia merasa Dili memiliki hubungan baik dengan sang ketua OSIS yang merupakan salah satu Idola di SMA mereka.

Dili bergegas pergi ke kamar mandi wanita terdekat untuk mengganti seragam putih abu-abunya dengan kostum murid baru yang telah ditentukan oleh panitia. Seragam SMP asalnya, dengan kaos kaki hitam di kaki kanan, dan kaos kaki putih di kaki kiri, memakai sepatu kanan di kaki kiri, dan sepatu kiri di kaki kanan.

Dili juga mengalungkan papan nama yang bertuliskan nama lengkap, nama panggilan, asal sekolah, tempat dan tanggal lahir, fobia, bahkan panitia mengharuskan peserta MOS meletakkan foto pacar atau foto remaja lawan jenis yang dianggap penting bagi setiap peserta selain saudara kandung mereka.

Dili menjepit rambutnya dengan 14 jepitan jemuran sesuai tanggal lahirnya, dilengkapi 14 foto berukuran 3x4 dengan 14 ekspresi berbeda. Tentu saja hal seperti ini sangat dihindari oleh Kiya, dia sendiri yang memotret Dili, dan menolak untuk bergantian dipotret, ternyata sejak awal dia sudah berencana untuk menghindari MOS hari pertama.

Langkah terakhir adalah memoles wajah dengan riasan yang tidak sesuai tempatnya. Dili menaburkan bedak di bibirnya, meratakan secara perlahan hingga bibirnya pucat seperti orang yang sedang sakit. Lalu memainkan pensil alis di hidungnya, dan juga mengoles lipstik di kedua pipinya. Dia memberi maskara pada alisnya, dan memakai pemerah pipi di dahinya.

Dili menatap pantulan dirinya pada cermin, terlihat menyebalkan. Dia sangat anti berdandan dalam kehidupan sehari-hari ataupun saat menghadiri acara. Namun, kali ini dia terpaksa merias wajah, bahkan riasan itu malah membuat dirinya terlihat seperti boneka yang baru saja di coret-coret oleh anak kecil.

Dili mengecek peraturan kostum di ponselnya untuk memastikan bahwa dia sudah memenuhi semua syarat kostum tersebut. Dia membuka pintu kamar mandi setelah mengumpulkan kepercayaan diri. Anehnya, pintu itu tidak bisa dibuka meski dia berkali-kali berusaha membukanya. Dari luar terdengar suara tawa dari perempuan, Dili curiga ada yang sengaja mengurungnya di dalam kamar mandi.

Dia kembali mengeluarkan ponselnya, jarinya hampir menekan tombol telepon saat menemukan nomor telepon Lana pada deretan kontaknya. Namun, Dili mengurungkan niatnya karena tidak ingin mengganggu Lana. Sebagai ketua pelaksana, tentunya Lana akan sangat sibuk dengan berbagai persiapan menjelang MOS.

Dili pasrah, menunggu orang lain masuk ke kamar mandi, barulah dia meminta pertolongan untuk membukakan pintu. Hanya saja, sekarang sudah waktunya MOS dimulai, tidak ada orang yang akan pergi ke kamar mandi yang jaraknya cukup jauh dari lapangan sekolah. Terlebih lagi area bangunan kelas favorit memiliki pos penjaga pada jalur masuknya sehingga hanya bisa di akses oleh orang-orang bersangkutan.

Waktu menunjukkan pukul 07.00, hujan sudah berhenti sejak sepuluh menit yang lalu. Para murid baru berbaris rapi di lapangan utama, sedangkan para panitia yang bertugas sebagai penegak disiplin, memeriksa kostum dan perlengkapan yang harus dibawa oleh para peserta.

Beberapa murid diperintahkan untuk keluar barisan dan membentuk barisan baru di belakang barisan utama karena terlambat, serta tidak mengikuti aturan kostum dengan benar. Mereka dihukum menyanyikan tiga lagu daerah, yaitu Ampar-ampar Pisang, Paris Barantai, dan Pambatangan. Jika ada yang salah lirik atau terdengar tidak kompak, maka akan diulang berkali-kali sampai mereka bernyanyi dengan baik layaknya kelompok paduan suara yang siap mengikuti lomba.

Setengah jam kemudian, panitia mengabsen sekaligus membagi kelompok peserta sebanyak 16 kelompok, dengan jumlah 20 orang dalam satu kelompok. Nama Dili diulang sebanyak tiga kali karena tidak ada yang maju dari barisan. Lana merasa yakin bahwa terjadi hal buruk pada Dili, dia meyakinkan panitia lainnya bahwa Dili datang ke sekolah bersamanya. Dia meminta waktu untuk mencari keberadaan Dili.

Good Generation (TERBIT✓)Where stories live. Discover now