BAB 4

40 10 2
                                    

"Pertama kita akan menuju ruang musik yang berada di lantai 2 bangunan ekstrakurikuler, tepat di samping kita. Meskipun lapangan utama juga dekat, tapi kita belum tahu pasti di mana letak poskonya, jadi kita masih punya waktu untuk berpikir setelah melewati posko satu."

"Bagaimana kalau kita belum berhasil memecahkannya setelah kembali dari posko satu, Dili?" sela Faty dengan wajah sedikit khawatir.

"Kita lanjut ke posko tiga terlebih dahulu."

"Jangan! Kita harus menyelesaikan sesuai urutan. Meskipun menjadi yang tercepat akan mendapatkan poin tambahan, kita harus tetap menuruti aturan yang sudah dibuat."

"Kamal benar, Zikri. Bisa saja ini jebakan, mereka sengaja membuat posko kedua samar agar kita langsung menuju posko tiga, lalu dihukum karena melanggar aturan tentang urutan posko." Dili menengahi Kamal dan Zikri sebelum terjadi perdebatan yang semakin panjang dan membuang waktu mereka.

"Sebelum memulai, marilah kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing."

Dili memimpin kelompoknya menuju ruang Musik. Dia mengetuk pintu, tidak lama kemudian seorang panitia keluar dari ruangan. Dia meminta Dili untuk menyebutkan teka-teki untuk ruangan itu. Panitia yang dikenal dengan nama panggilan Reza tersebut tidak menunjukkan ekspresi apa-apa, alias ekspresi datar. Dili sempat mengira bahwa dia salah menebak, ternyata itu hanya trik tipuan oleh panitia untuk menggoyahkan keyakinan peserta.

Mereka diberi waktu dua menit untuk mendiskusikan ulang tentang jawaban teka-teki tersebut. Meski sempat ragu, akhirnya Dili meyakinkan teman-temannya bahwa teka-teki itu paling cocok untuk ruang Musik. Dili mengatakan keputusannya kepada Reza bahwa dia yakin dengan jawaban sebelumnya.

Reza tersenyum dan membukakan pintu untuk mereka. Ternyata para panitia sudah menyiapkan beberapa jebakan untuk peserta. Dili memberi kode kepada teman-temannya untuk berhati-hati dengan cara mengepalkan tangan dan memutar kepalan tangannya ke kanan dan ke kiri berkali-kali dalam posisi tangan menjuntai ke bawah.

Mereka memasuki ruangan, lalu berbaris dengan rapi. Dili maju selangkah untuk melaporkan bahwa kelompok mereka siap menerima tantangan. Seorang panitia memberikannya selembar kertas yang berisi beberapa pertanyaan. Dili kembali ke barisan dan memberi arahan untuk membentuk lingkaran kecil. Dili tersenyum saat melihat deretan pertanyaan mengenai letak ruangan sekolah yang sudah mereka hafalkan.

20 soal berhasil terjawab dalam satu menit. Cukup cepat karena Dili menulis jawaban tanpa harus berpikir terlebih dahulu. Dia sudah menguasai letak seluruh ruangan dengan baik. Setelah beberapa kali diperiksa ulang, Dili menyerahkan lembar jawaban mereka dan kembali membuat barisan 4 berbanjar.

Panitia menyerahkan kembali lembar jawaban mereka karena menganggap mereka terlalu terburu-buru. Panitia memberikan mereka waktu 2 menit untuk mengoreksi jawaban mereka kembali sampai mereka benar-benar yakin. Satu menit kemudian, Dili kembali menyerah lembar jawaban mereka. Namun, panitia kembali mengembalikan lembar jawaban kepada Dili dan memberi waktu 2 menit kembali untuk memeriksa ulang.

Dili menyadari pola dari perintah panitia. Pada awalnya mereka diberi waktu 5 menit untuk menjawab. Namun, mereka selesai pada menit pertama. Panitia memberikan waktu 2x lipat dari waktu mereka mengerjakan tugas tersebut. Namun, sekali lagi Dili menyerahkan pada waktu satu menit. Jika Dili menyerahkan kembali pada menit pertama, akan ada banyak pengulangan yang membuat waktu mereka terus terbuang. Hingga Dili menyerahkan tepat di menit kedua.

Tepat seperti perkiraannya, jawaban mereka diterima. Itu tandanya, mereka memang memakai trik pengulangan untuk membuang waktu peserta. Jika peserta tidak menyadari itu, maka waktu mereka akan terus terbuang percuma. Keuntungan memihak kepada peserta yang benar-benar menyerahkan jawaban di menit terakhir. Tidak akan ada pengulangan untuk mereka. Karena batas waktu yang diberikan bukanlah batas maksimal, melainkan batas waktu yang harus mereka patuhi.

Good Generation (TERBIT✓)Where stories live. Discover now