BAB 3

52 9 0
                                    

“Peserta MOS yang berdiri di samping saya adalah Dilia Anastasya. Dia terkunci di kamar mandi selama satu jam. Saya yakin, pelakunya adalah salah satu dari senior yang ada di sini. Masa Orientasi Siswa adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan sekolah ini, bukan ajang untuk mengganggu adik kelas! Jika salah satu dari kalian mengalami penindasan atau kekerasan oleh Panitia MOS, jangan takut untuk melaporkannya pada saya. Sekian, terima kasih atas perhatiannya.”

Rasa takut di hati para peserta MOS, berganti menjadi perasaan lega. Mereka salah mengira tentang ketua OSIS yang terlihat menyeramkan, justru seorang pahlawan yang menjamin rasa aman bagi mereka selama MOS. Banyak juga yang bertanya-tanya di dalam hatinya tentang hubungan Lana dan Dili. Beberapa dari mereka mencoba menerka-nerka tentang siapakah senior jahat yang mengganggu Dili.

Para Panitia MOS terdiam membisu. Lana yang mereka kenal adalah sosok yang sangat ramah dan memiliki tatapan lembut. Lana selalu tenang dalam segala keadaan, bahkan dia terkenal sebagai orang yang sangat penyabar. Untuk pertama kalinya mereka melihat Lana diliputi amarah, dengan tatapan tajam yang menakutkan.

Dili masuk ke barisan kelompoknya, kelompok 9. Dia disambut hangat oleh teman-temannya. Beberapa dari mereka berbisik-bisik, memperkenalkan diri pada Dili. Seorang senior yang bertugas sebagai Bina Damping kelompok mereka mendekat, dan menempelkan jari telunjuk di bibirnya.

Tepat pukul 08.00, kegiatan dilanjutkan. Jadwal selanjutnya adalah perkenalan dari para Panitia MOS, dimulai dari sang Ketua OSIS yang sekaligus menjadi Ketua Pelaksana MOS, Mahesa Lana Saputra. Gemuruh tepuk tangan terdengar seusai Lana memperkenalkan diri. Dalam sekejap, Lana telah menjadi idola para murid baru berkat pidato singkat penuh penegasan saat dia menolong Dili.

Setengah jam berlalu dengan cepat, kegiatan selanjutnya adalah perkenalan para anggota kelompok. Setiap kelompok yang terdiri dari 20 orang, membentuk lingkaran. Mereka bebas mengambil tempat di sekitar lapangan utama. Ada yang di taman sekolah, tepat di samping lapangan utama. Ada pula yang duduk di teras ruangan sekitar lapangan utama.

Kelompok 9 terdiri dari 13 murid perempuan dan 7 murid laki-laki. Mereka di dampingi oleh seorang senior laki-laki yang humoris, serta satu senior perempuan yang tidak kalah menyenangkan. Satu persatu dari mereka memperkenalkan diri, mulai dari nama, hobi, dan jurusan kelas yang mereka pilih. Pengumuman hasil pembagian kelas untuk murid baru adalah Senin depan, saat mereka mulai resmi belajar.

“Nama saya Ali Aidan, kakak kembar dari Alia Aidan. Hobi saya belajar, dan jurusan kelas yang salah pilih adalah semuanya, karena saya yakin bisa lulus seleksi kelas favorit.”

Kepercayaan diri Ali disambut dengan tepuk tangan para anggota kelompok 9. Selanjutnya Alia memperkenalkan diri dengan mengucapkan kalimat yang sangat mirip dengan Ali, bukan hanya memiliki fisik yang sangat mirip, bahkan sifat dan gaya bicara mereka pun sama. Dili yang menyukai hal-hal unik langsung tertarik untuk menjadi teman si kembar.

Setengah jam berlalu, setiap kelompok mendapat tugas membuat sebuah yel-yel untuk kelompok mereka. Yel-yel itu akan mereka pakai selama masa MOS, juga untuk lomba yel-yel yang akan segera dilaksanakan. Waktu 15 menit terasa terlalu singkat untuk membuat serta menghafal yel-yel tersebut. Namun, bukan MOS namanya jika tidak melakukan segala hal dengan terburu-buru.

Dalam waktu singkat yang mendebarkan tersebut, semakin mengundang rasa gugup ketika urutan tampil kelompok diundi. Kelompok 9 menjadi kelompok pertama yang akan menampilkan yel-yel mereka. Dili terbiasa mendapatkan tugas membuat yel-yel saat ikut Pramuka di SMP-nya. Karena itulah, Dili bisa membuat yel-yel dengan cepat dan mudah dihafalkan.

Dili juga merancang gerakan khusus layaknya sedang mempersiapkan lomba yel-yel ala anak Pramuka. Gerakan yang tidak rumit, tapi memberikan kejutan di akhir. Formasi andalan anak cheerleader, dua orang membungkuk sebagai pijakan, satu orang menunduk lebih rendah sebagai tangga, satu orang di atas sebagai pemimpin, satu di samping untuk membantu pemimpin naik, sisanya membentuk dua barisan di belakang dua orang yang membungkuk, lalu saling mengaitkan tangan seperti membentuk segi empat di bagian tengah, mereka bertugas untuk menangkap pemimpin yang menjatuhkan diri dari atas.

Good Generation (TERBIT✓)Where stories live. Discover now