BAB 22

19 6 0
                                    

“Hiduplah Indonesia Raya.” Dili memulai sesi paduan suara untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya sering dengan dinaikkannya bendera Merah Putih pada Hari Kemerdekaan Indonesia. Hatinya bergetar mendengar alunan lagu yang dinyanyikan penuh khidmat oleh para warga di tapal batas.

Desa Labang, salah satu desa di Kecamatan Lumbis Pansiangan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Letaknya berada pada titik terdepan negara yaitu langsung berhadapan dengan Sabah, Malaysia. Akses ke tempat ini adalah jalur air yang bisa menghabiskan waktu sekitar empat jam dari Mansalong.

Beruntung Dili dan Rama menggunakan helikopter keluarga Alvarendra yang canggih sehingga bisa langsung mendarat di tempat tujuan tanpa harus melewati jalur darat dan air yang sangat memakan waktu, meskipun sempat berhenti beberapa kali di jalan karena jarak tempuh helikopter ini hanya 590 km.

Sebelum pesta penyambutan kemarin malam selesai, mereka berdua diminta untuk menjadi perwakilan sekolah untuk melakukan misi pengibaran bendera di sebuah desa dekat perbatasan Indonesia dan Malaysia. Para sponsor menyepakati bahwa mereka berdua akan berkunjung ke Provinsi Kalimantan Utara yang merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur pada 25 Oktober 2012 lalu.

Mayoritas penduduk di desa ini adalah suku Dayak Okolod, mereka bertahan hidup dengan bertani dan berburu. Bentuk pemukimannya memanjang di pinggir sungai yang terletak di bawah pegunungan. Tidak terlalu banyak penduduk yang tinggal di sini, mungkin karena akses yang cukup sulit menuju desa seberang dan kota.

Rama menderek bendera, ditemani dua remaja penduduk setempat yang antusias membantu mereka. Meski berada di daerah terpencil, rasa cinta mereka sangat besar terhadap Tanah Air. Semuanya antusias mengikuti upacara pengibaran bendera pada pagi hari di Hari Kemerdekaan.

Begitu lagu selesai, bendera telah berkibar gagah di tanah perbatasan. Pembina upacara kali ini adalah Pimpinan TNI yang bertugas menjaga daerah perbatasan. Ya, bukan hanya warga setempat yang mengikuti upacara, tapi juga beberapa perwakilan Tentara. Sungguh tanggung jawab yang besar telah diemban oleh mereka, tapi semangat melindungi Tanah Air begitu membara di hati mereka.

Upacara berjalan dengan lancar, tapi rangkaian acara menyambut kemerdekaan baru saja dimulai. Berbagai acara digelar dengan meriah, mulai dari lomba menyanyikan lagu wajib Nasional, lomba balap karung, lomba makan kerupuk, lomba memasak, sampai lomba cerdas cermat tentang sejarah Indonesia.

Dili dan Rama tidak ikut serta karena kini mereka berperan sebagai panitia. Lelah akibat perjalanan panjang tidak begitu terasa karena mereka sangat menikmati rangkaian acara kemerdekaan di tempat itu. Ada rasa bangga sekaligus haru bisa merayakan kemerdekaan tahun ini di wilayah perbatasan.

Setengah hari berlalu, Dili dan Rama diajak mengunjungi rumah produksi garam gunung di Krayan. Rumah itu berada di Long Midang, tidak jauh dari posko TNI penjaga perbatasan. Krayan tidak hanya terkenal dengan alamnya yang indah, tetapi salah satu keunikannya adalah garam gunung. Seperti namanya, garam ini tidak berasal dari laut melainkan dari mata air pegunungan.

Rama yang menyukai hal-hal unik, memperhatikan dengan saksama penjelasan tentang proses pembuatan garam gunung. Prosesnya cukup panjang, dimulai dari mengumpulkan air, lalu di masukkan ke dalam drum dan dimasak selama 12 jam, setelah itu endapannya diangkat dan dikeringkan, baru dibungkus.

Saat musim kemarau, mereka bisa menghasilkan di atas 20 kg, sedangkan pada musim hujan, hanya sekitar 10-15 kg saja. Harga garam gunung lebih mahal, tapi kualitasnya jauh lebih bagus dari garam laut. Keunikan garam gunung adalah tidak mengubah warna sayuran ketika dimasak, dan tidak cepat basi.

Seakan belum cukup puas memperkenalkan keunikan Krayan, kini mereka diajak menuju Desa Sebatik. Alam perbatasan yang masih asri, menyuguhkan udara segar yang bebas polusi, hijaunya pepohonan memanjakan indra penglihatan sejauh mata memandang. Bulan Agustus di sini mencapai suhu terendah pada bulan kemarau.

Good Generation (TERBIT✓)Where stories live. Discover now