EPILOG

44 8 3
                                    

Mahesa Lana Saputra

Seperti mendapatkan kehidupan kedua, kini aku berada di tahun 2013. Tidak, aku bukanlah seorang ahli sihir yang bisa masuk ke portal waktu. Aku hanya manusia biasa yang entah beruntung atau sial, menemukan sebuah mesin berteknologi tinggi yang bisa memindahkan arwah orang yang masih hidup ke tubuh orang yang sudah mati.

Tolong jangan terlalu cepat menyimpulkan, aku harap kalian tidak memiliki jalan pikiran yang aneh seperti sobatku yang tidak lain dan tidak bukan bernama Khaidir. Sudahlah, aku malas jika membahas tentang dirinya yang hanya berperan sebagai tokoh figuran.

Kembali ke topik. Aku akan menceritakan masa laluku agar kalian bisa memahami dengan baik alur ceritanya. Saat itu aku berada di tahun 2019, karena lulus SMA dengan prestasi yang membanggakan, seperti janji kepala sekolah, murid-murid kelas favorit memiliki dua pilihan, pertama adalah kuliah di kampus dalam atau luar negeri dengan beasiswa penuh yang didanai oleh keluarga Alvarendra, pilihan kedua adalah bekerja di perusahaan ataupun yayasan milik keluarga Alvarendra.

Aku memilih pilihan kedua karena semakin cepat kita berproses, maka semakin cepat juga kita bisa sukses, itulah keyakinanku. Apalagi sejak SMA aku berteman baik dengan putri keluarga Alvarendra sehingga aku mengetahui cukup banyak tentang bisnis mereka.

Pada suatu hari, aku mendapati putra angkat keluarga Alvarendra sedang terpaku di ruang eksperimen ayahnya, padahal jelas-jelas kami dilarang masuk ke sana, karena ruangan itu hanya boleh dimasuki oleh pak Alva dan pak Arslan sang Ilmuwan kepercayaannya. Awalnya aku berniat menegur Satria, tapi setelah masuk ke sana, aku takjub dengan berbagai penemuan yang ada di ruangan itu.

"Alat ini berfungsi sebagai pemindah roh ke tubuh orang yang sudah meninggal, sebagai gantinya, tubuh asli roh tersebut yang akan mengalami kematian," ucapnya tanpa diminta. Hal itu justru memancing rasa ingin tahuku.

"Aku baru saja mencobanya pada tikus-tikus itu," lanjutnya sambil mengarahkan jari telunjuknya pada dua ekor tikus yang saat ini masih berada di dalam tabung berbentuk kapsul yang muat untuk dua orang manusia. Pada tubuh tikus-tikus tersebut terpasang benda semacam magnet, yang aku simpulkan sendiri bahwa itu adalah magnet pengisap roh.

Satria bergegas mengambil tikus-tikus tersebut dan memasukkannya pada sebuah wadah besar, lalu menarikku ke bawah meja untuk bersembunyi. Rupanya dia mendengar jejak langkah orang yang ingin masuk ke dalam ruangan tersebut. Tidak berselang lama, muncullah dua orang dewasa yang asyik berbincang tanpa menyadari kehadiran kami.

"Sudah bertahun-tahun kita membiarkan benda ini ada di sini. Aku takut suatu saat ada yang menyalahgunakannya. Bagaimana kalau kita hancurkan saja?" usul pak Alva yang sedang menunjuk benda yang baru saja Satria gunakan.

"Aku setuju, Kawan. Lagi pula sekarang kita sudah tua, jadi sudah saatnya menyingkirkan benda-benda berbahaya yang bisa disalahgunakan saat kepergian kita," jawab pak Arslan yang baru kali ini aku mendengar beliau memanggil pak Alva dengan panggilan akrab seperti itu. Setahuku mereka memang berteman sejak SMA di Rusia, bahkan saat pak Alva membuka bisnisnya di Indonesia, dia membawa serta kawan akrabnya tersebut seakan mereka pasangan kembar yang sulit dipisahkan.

"Seharusnya kita melakukannya sejak berhasil memindahkan roh dia ke tubuh Miyuki. Sejak saat itu aku sangat takut jika ada yang mengetahui kebenaran ini. Aku ingin segera menghancurkannya, tapi takut kalau roh itu tiba-tiba keluar."

Fakta mengejutkan ini membuatku menahan napas, bagaimana jika kami ketahuan mendengar rahasia mereka tentang istri pak Alva yang ternyata di dalam tubuhnya ada roh orang lain.

Bruk...

Mungkin karena saking terkejutnya, Satria sampai terentak dan kepalanya menabrak bagian atas meja. Gawat, kami ketahuan. Karena tertangkap basah, Satria keluar tanpa berpikir panjang, aku menyusul berdiri di belakangnya. Wajar saja Satria tidak takut menghadapi ayahnya, lagi pula dia pasti ingin mengetahui lebih lanjut tentang ibunya. Namun, aku yang tidak punya hubungan kekerabatan dengan mereka, bisa saja dipecat saat ini juga.

Good Generation (TERBIT✓)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें