BAB 11

24 7 0
                                    

Dua jam berlalu sejak pembubaran MOS, acara penyambutan murid baru berlanjut dengan kegiatan seleksi ekstrakurikuler dan Latihan Dasar Kepemimpinan atau LDK. Seakan tidak memberikan waktu istirahat bagi para murid baru, para anggota OSIS angkatan baru sudah berkumpul di depan Aula untuk mengikuti LDK OSIS. Registrasi dimulai dari jam enam sore sampai menjelang Magrib.

Pukul setengah tujuh sampai delapan malam diisi dengan kegiatan ibadah salat Magrib dan Isya untuk umat Muslim, sedangkan yang lainnya memasak untuk makan malam. Tepat pukul delapan, makanan sudah terhidang dengan menu seadanya, yaitu mie instan yang dilengkapi telur, dan air putih sebagai minumannya.

Lima belas panitia duduk berjejer rapi di tengah lapangan, berhadapan dengan enam belas peserta LDK. Angin malam cukup mengusik kulit, tapi makan malam bersama di alam terbuka adalah pengalaman langka yang mereka nikmati dengan baik.

Selang lima belas menit kemudian, mereka dibagi menjadi dua kelompok untuk mendirikan tenda, satu kelompok laki-laki, dan satu kelompok perempuan, bercampur antara panitia dan peserta. Hal ini bertujuan untuk menjalin hubungan baru agar bisa menjadi lebih akrab.

Tidak perlu waktu lama untuk mendirikan tenda dan membereskan barang-barang, mereka menuju tengah lapangan dan membentuk barisan melingkar untuk memulai acara api unggun. Segala keperluan telah tersedia, mulai dari kayu bakar, sampai bensin. Beberapa panitia juga membawa alat musik untuk memeriahkan acara.

Seluruh ruangan di sekitar lapangan menjadi gelap gulita karena listriknya dipadamkan. Tidak berselang lama kemudian, api unggun dinyalakan oleh Lana dan Rama selaku Ketua dan Wakil Ketua OSIS yang baru. Cahaya kemerahan dari api unggun yang hangat membuat suasana semakin seru.

“Perkenalkan nama saya Rama selaku wakil ketua OSIS yang baru, tidak banyak yang dapat saya katakan karena saya yakin kalian semua sudah mengenal saya. Kalian tidak akan menyesal memilih saya.”

Perkenalan singkat dari Rama diiringi gemuruh tepuk tangan. Meski tidak ada yang spesial dari kata-katanya, entah kenapa dia bisa menarik perhatian banyak orang dalam sekejap. Perkenalan selanjutnya dari Dili yang juga anggota inti OSIS angkatan baru.

“Selamat malam. Nama saya Dilia Anastasya selaku wakil Sekretaris OSIS, saya mengucapkan terima kasih kepada para senior yang sudah membimbing kami selama MOS, untuk selanjutnya saya mohon bimbingannya lagi. Terima kasih.”

Tepuk tangan kembali terdengar, disertai siulan dari Khaidir yang sudah mulai akrab dengan Dili. Perkenalan antar anggota baru dan senior terus dilakukan secara bergantian. Suasana yang jauh berbeda dengan saat MOS, kali ini mereka disambut dengan hangat dan mendapatkan perlakuan baik dari para senior.

Mereka menyanyi bersama, ada beberapa penampilan dari para panitia dan peserta, bahkan berbagi kisah horor yang membuat bulu kuduk berdiri, kecuali Dili tentunya yang masih bisa bersikap santai setelah mendengar berbagai kisah menyeramkan.

“Dili, hal menyeramkan apa yang pernah kamu alami?” tanya Khaidir secara tiba-tiba. Dengan lantang Dili menjawab bahwa dirinya tidak pernah mengalami hal menyeramkan. Meski jawaban itu terdengar mengecewakan, bagi seseorang jawaban tersebut adalah sebuah tantangan yang membuatnya ingin sekali menciptakan kejadian paling menyeramkan untuk Dili agar dia tidak bisa mengatakan hal seperti itu lagi dengan santainya.

“Hati-hati, Dili. Biasanya orang yang mengatakan seperti itu justru akan mengalami hal buruk saat sesi Uji Nyali. Sekolah kita yang sangat luas ini akan terasa amat menyeramkan di malam hari. Bahkan, sering ada kejadian menakutkan yang terjadi setiap kali ada yang menginap di sini.”

Membicarakan hal mistis adalah bagian yang paling disenangi oleh Khaidir. Meski penakut, dia suka sekali menakut-nakuti orang. Sering kali dia melebih-lebihkan ceritanya agar pendengar berteriak ketakutan, bahkan sampai gemetar karenanya.

Good Generation (TERBIT✓)Where stories live. Discover now