BAB 9

25 7 0
                                    

“Sebelum kami tutup sesi perkenalan dan seleksi OSIS, apakah ada yang ingin ditanyakan?” ucap Mihda menyudahi perayaan kemenangan adiknya. Keheningan seketika merajai Aula, saat Mihda kembali membuka mulutnya untuk mengucapkan kata-kata penutup, Satria mengangkat tangan, Mihda mempersilakan adik angkatnya tersebut untuk bertanya.

“Terima kasih atas kesempatannya, Kak Mihda. Sebelumnya saya ucapkan mohon maaf kepada para murid baru yang pastinya tidak sabar untuk segera memasuki sesi perkenalan ekstrakurikuler lainnya. Saya hanya terkejut karena nama saya ditetapkan sebagai Wakil Divisi Pendidikan beserta satu nama lainnya, padahal sebelumnya dijelaskan bahwa hanya ada satu anggota baru yang bisa masuk di setiap divisi, bahkan saya bukan perwakilan kelompok, dan saya tidak ikut mengisi formulir. Mohon penjelasannya, terima kasih.”

Pertanyaan Satria sontak membuat Dili terkejut, dia baru menyadari bahwa Satria juga diterima di OSIS, sedari tadi Dili hanya berfokus pada pengumuman Sekretaris dan Divisi Kesekretariatan untuk memastikan namanya masuk dalam daftar kandidat pengurus OSIS angkatan baru.

Melihat ekspresi wajah Rama yang kebingungan, menandakan dia juga baru menyadari hal itu. Padahal Divisi Pendidikan diumumkan pada urutan pertama sebelum divisi lainnya. Tapi mereka tidak menyadari bahwa divisi tersebut menyebutkan dua nama yang diterima sebagai wakilnya.

“Pertanyaan yang bagus, Satria. Sebelumnya saya sudah berdiskusi kepada Bina Damping Kelompok Sembilan dan Ketua OSIS untuk memberikan kesempatan kepada satu orang yang tidak masuk dalam rekomendasi bina damping. Saya melihat potensi itu ada pada dirimu sejak awal MOS, rasanya sangat disayangkan jika kamu tidak bisa menjadi bagian dari OSIS hanya karena tidak masuk rekomendasi. Jadi, kami sepakat untuk merekrut enam belas anggota baru, meski salah satunya nanti bukanlah murid kelas favorit.”

Sebuah kesempatan yang langka ini justru menuai protes dari beberapa murid baru yang merasa dirinya juga pantas mendapatkan kesempatan. Terutama Ariza yang bersikeras bahwa dirinya lebih pantas daripada Rama untuk menjadi Wakil Ketua OSIS, pendapatnya diperkuat oleh para anggota kelompok lima belas yang sangat setia mendukungnya. Dia menuduh ada kecurangan sambil mengungkap fakta bahwa Rama adalah anak dari Pak Alva, salah satu sponsor sekolah mereka.

“Mohon maaf sebelumnya, para sponsor dan para guru tidak ada sangkut pautnya dalam pemilihan anggota OSIS. Seperti yang kalian tahu, OSIS SMA Cahaya Banua sepenuhnya dijalankan oleh murid-murid kelas favorit yang kami percaya bisa membuat keputusan dengan bijak lewat pertimbangan yang matang. Jika kalian meragukan keputusan senior kalian dalam pemilihan Wakil Ketua OSIS, maka silakan mengadakan voting untuk Rama dan Ariza,” sahut Pak Alva mencoba menengahi. Dia bersikap seakan berada di pihak netral.

Mendengar usulan Pak Alva yang disambut baik oleh para pengikut Ariza, para panitia MOS mengadakan voting yang bisa diikuti oleh semua orang yang ada di Aula. Mereka diminta untuk mengangkat tangan saat salah satu nama disebut, sebagai bentuk dukungan. Cara seperti ini cukup menghemat waktu, agar sesi selanjutnya tidak ditunda terlalu lama.

“Dasar perusak kebahagiaan orang,” gumam Rama pelan, tapi bisa didengar dengan jelas oleh Dili dan Satria yang duduk dekat dengannya. Rama menganggap kekacauan ini bermula dari pertanyaan Satria yang merusak suasana. Harusnya Satria bahagia karena dipilih menjadi anggota baru OSIS lewat jalur khusus, tapi dia malah mempertanyakan keputusan panitia yang memilihnya.

Dalam waktu lima menit, hasilnya telah ditentukan. Peraih suara terbanyak adalah Rama, bahkan dia menang telak dari Ariza, membuat Ariza semakin kecewa karena kalah dua kali dari Rama, tatapan matanya yang menusuk ditujukan kepada Rama yang telah menodai nama baiknya, seakan mata itu mengantar pesan bahwa Ariza tidak akan membiarkan Rama bahagia.

Dili merasa aneh melihat tatapan tajam Ariza. Dia berbisik kepada Satria, meminta bekerja sama untuk melindungi Rama dari Ariza dan para pengikutnya yang tampak berbahaya. Sayangnya Satria menolak karena merasa Rama bisa menjaga dirinya sendiri. Tapi Dili tetap teguh pada keputusannya.

Good Generation (TERBIT✓)Where stories live. Discover now