BAB 24

14 6 0
                                    

Minggu tenang telah berakhir, begitu pula gangguan terhadap Dili. Pelakunya adalah murid baru yang terkenal sangat pendiam sejak MOS, bukan sekedar penggemar biasa, dia terobsesi dengan Rama sampai bisa melakukan apa saja untuk menyingkirkan Dili dari kehidupan Rama. Kemampuan mengarang cerita adalah senjatanya, dia menyebarkan isu ke komunitas penggemar Rama agar mendapatkan banyak dukungan, lalu menjadikan mereka kambing hitam atas segala gangguan yang Dili terima.

“Bukan kami. Karena kami penggemar yang justru mendukung hubungan Rama dan Dili. Kami merasa hanya Dili yang cocok untuk Rama melihat dari prestasi mereka sebagai dua murid terpintar sekolah ini,” jelas Kiya saat diinterogasi oleh Satria dua hari yang lalu.

Itulah tujuan utamanya, mencemari nama baik komunitas penggemar Rama agar dibubarkan. Dia ingin menjadi satu-satunya penggemar Rama karena merasa hanya dia yang pantas disebut penggemar. Terjebak dalam obsesi yang begitu kuat membuat dirinya sampai mengalami delusi, merasa bahwa Rama adalah miliknya, hanya dirinya seorang.

Meminta maaf kepada Dili bukanlah hukuman sebenarnya dari Satria, gadis itu dipaksa untuk menjalani terapi agar bisa menjadi normal kembali. Meski itu terlihat seperti penyelamatan daripada hukuman, bagi gadis yang merasa dirinya tidak mengalami gangguan kepribadian justru merasa telah dihina, tapi dia tidak bisa mengingkari perjanjian itu mengingat ancaman yang diberikan Satria kepadanya.

“Video ini tersebar dari suatu benda yang berkualitas tinggi, aku tidak bisa menemukan akun penyebar dari lautan internet, jelas-jelas ini bukan berasal dari ponsel atau komputer.” Kata-kata sang Hacker itu menghantui pikiran Satria. Dia mengira-ngira tentang teknologi sejenis apa yang tidak memerlukan internet untuk menyebarkannya kepada orang lain.

Beruntung dia adalah salah satu anggota OSIS, sehingga punya akses untuk memasuki area bangunan kelas favorit. Satria mengajak Dili bertemu di ruang belajar terbuka pada jam istirahat pertama, mengingat ada kejadian buruk di sana yang membuat para senior takut nongkrong di tempat itu lagi, kemungkinan itu adalah ruangan paling aman bagi mereka untuk saling berbagi rahasia.

Akses ke ruangan itu lebih dekat jika melewati tangga tengah, tapi Satria dan Dili sepakat untuk menaiki tangga di ujung bangunan yang mengantarkan mereka menuju ruangan keterampilan. Di lantai tiga, mereka melewati empat ruang keterampilan, serta satu toilet, menyeberangi tangga tengah untuk menuju ke sisi satunya, barulah ruangan luas menyerupai lapangan itu menyambut mereka.

“Sepertinya kita dua orang paling berani di sekolah ini. Bisa-bisanya kembali ke sini padahal mengalami hal yang sangat buruk di malam LDK itu.” Satria tersenyum, tapi perasaannya bercampur aduk. Dia duduk di tengah lantai, disusul Dili yang ikut duduk di sampingnya.

“Aku tahu fakta ini akan cukup mengejutkan, tapi aku punya satu rahasia yang bahkan Rama pun tidak tahu. Aku yakin kamu bisa dipercaya untuk merahasiakan ini dari siapa pun.” Meski memulai pembicaraan serius, Satria tidak mengarahkan pandangannya kepada Dili, dia justru menatap lurus ke depan, menikmati pemandangan alam dari ketinggian untuk menyiapkan hatinya.

“Sebenarnya aku bukan manusia biasa. Mata kiriku dipasangi lensa yang bisa merekam segala hal yang aku lihat, bukan sekedar merekam, lensa canggih inilah yang membuatku bisa melihat dimensi lain, ya, sebenarnya aku bukan anak indigo seperti kamu, Dili.” Satria terdiam sejenak, mengatur napas, lalu melanjutkan penjelasannya.

“Telingaku merekam segala hal yang aku dengar, juga berfungsi sebagai alat yang bisa menerjemahkan berbagai bahasa dari seluruh dunia dan menangkap suara makhluk halus yang tidak bisa didengar manusia biasa. Anggap saja, ini hadiah yang diberikan ayah angkatku, meski sebenarnya aku merasa diperlakukan seperti objek percobaan.” Satria tersenyum getir, lalu kembali mengatur napas.

Dili menggenggam tangan Satria, mencoba menenangkan perasaan remaja laki-laki yang kehidupan normalnya dirampas sebagai bayaran untuk masuk ke keluarga Alvarendra. Meski tidak bisa menyerap emosi seperti Kiya, Dili cukup yakin bahwa kehidupan Satria selama ini cukup berat.

Good Generation (TERBIT✓)Where stories live. Discover now