21

1K 109 5
                                    

Bintang keluar dari mobilnya yang ia parkirkan di taman kota. Lalu pergi begitu saja menyusuri lampu-lampu taman yang sudah mulai menyala. Waktu menunjukkan pukul 7 malam saat ia memilih untuk pergi ke tempat ini ketimbang pulang ke rumah.

Lalu ia mendongak melihat langit malam yang tampak menghitam, sepertinya akan turun hujan sebentar lagi. Bintang merapatkan jaket hoodienya menghalau udara dingin. Namun tetap tak sedingin hatinya.

Kemudian ia melanjutkan langkahnya, berbaur bersama hiruk-pikuknya orang-orang kota.

Lalu tak berapa lama hujan yang ia prediksi pun turun dengan lebatnya bersamaan dengan orang-orang yang mulai berlarian untuk berteduh.

****

Bulan baru saja selesai packing saat tahu-tahu suara mama dari lantai bawah menggema memanggilnya. Gadis bermata hijau itu melirik sebentar ke arah jendela. Hujan rupanya. Pantas saja mama berteriak.

Dengan sedikit rasa malas dan kantuk Bulan keluar kamar dan menyeret kakinya mendatangi sumber suara. Pertama yang ia lihat adalah punggung seseorang berbalut hoodie--dengan kupluk yang terpasang--sedang berhadapan dengan mama di depan pintu utama. Mereka tampak berbincang sebelum akhirnya mama menyadari kehadirannya diujung tangga.

"Nah itu Bulan. Bulan sini buruan!"

Ketika itu juga seseorang yang membelakangi Bulan tadi berbalik dengan wajah sayu dan basah kuyup. Betapa terkejutnya Bulan saat tahu siapa orang dibalik jaket hoodie abu-abu yang sudah basah itu. Seseorang yang seharusnya sudah dalam perjalanan ke London sekarang, tapi kenapa saat ini ia berdiri seperti orang bodoh disini?

Bintang?!!

"Lo?"

Bintang tersenyum tipis, tipis sekali seperti senyuman lemah yang menunjukkan ketidakberdaayan. Saat itu juga hati Bulan mencelos, dengan melihat kondisi dan tatapan anak ini saja tak perlu ber-IQ 200 untuk tahu bahwa ada yang tidak beres.

"Tadi katanya Bintang mau ketemu kamu, kasian sampai hujan-hujanan begitu. Mending sekarang kamu bawa ke kamar deh, udah jam segini juga sekalian nginap aja."

"Ha? Oh i-iya, ma."

Bulan menarik tangan kanan Bintang untuk ia geret ke lantai atas. Samar-samar ia  juga mendengar suara papa yang baru saja keluar dari ruang kerja dan bertanya pada mama mengenai apa yang baru saja terjadi. Ia tak menggubris apa jawaban mama yang pasti ia akan memberikan sidang dadakan untuk Bintang sesaat mereka berada di kamarnya.

***

"Sebelum aku serbu kamu dengan berbagai pertanyaan, sekarang lebih baik kamu mandi dulu. Pakai, ini," Bulan menyerahkan handuk dan satu set pakaian bersih yang cocok untuk Bintang.

"Di dalam kamar mandi ada lemari biru, didalamnya ada perlengkapan mandi yang baru. Kamu bisa pakai itu."

Alis Bulan bertaut heran saat Bintang hanya membalasnya dengan anggukan lalu pergi begitu saja ke kamar mandi.

Bintang yang tak banyak bicara membuat Bulan menjadi gemas dan semakin bertanya-tanya. Dengan sabar ia duduk di tempat tidur, menunggu anak itu keluar dari kamar mandi. Lalu menodongnya dengan beragam pertanyaan. Tunggu saja.

Berselang 15 menit akhirnya Bintang keluar dari kamar mandi. Bulan masih sempat mengulum senyum saat matanya menangkap gadis itu berjalan dengan balutan piayama biru bermotif stroberi miliknya. Lucu.

Namun ia buru-buru mengalihkan pikirannya ke topik utama, walaupun wajah manis Bintang sehabis mandi itu sungguhlah menggoda.

"Sebenernya ada apa ini?" tanyanya to the point. Berharap gadis lima langkah di depannya itu mulai menjelaskan. Detik terus berputar namun Bintang urung memberikan jawaban.

BilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang